Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 18 Februari 2025

R A .TAN PENG NIO

 Kisah Tan Peng Nio "Pendekar Tionghoa" Dari Tiongkok Sampai Kebumen


Tan Peng Nio adalah seorang pejuang Tionghoa yang ikut berperan dalam perang "Geger Pecinan" melawan tentara Belanda. Tan Peng Nio adalah anak dari Jenderal Tan Wan Swee. Tan Wan Swee berselisih pendapat dan melakukan pemberontakan terhadap Kaisar dinasti Qing yang bernama Qian Long yang memerintah Tiongkok sejak 11 Oktober 1736 sampai 7 Februari 1795, namun pemberontakan tersebut gagal.


Jenderal Tan Wan Swee lalu menitipkan putrinya yang bernama Tan Peng Nio kepada sahabatnya, Lia Beeng Goe, seorang ahli pembuat peti mati dan ahli bela diri. Saat kudeta gagal, Tan Peng Nio menjalani pelarian bersama Lia Beeng Goe ke Tumasik (Singapura), kemudian berpindah ke Sunda Kelapa (Jakarta).


Pada tahun 1740, di Sunda Kelapa terjadi huru-hara yang terkenal dengan nama Geger Pecinan, dimana terjadi pembantaian terhadap etnis Tionghoa oleh tentara VOC Belanda. Lia Beeng Goe dan Tang Peng Nio kemudian mengungsi ke arah Timur, hingga tiba di Kademangan Kutowinangun (sebelah timur Kebumen) dan bertemu dengan Ki Honggoyudho, seorang Demang di Kutowinangun.


Ketika di Jawa Tengah dan Jawa Timur terjadi peperangan tahun 1741 yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi (Cucu Amangkurat III) melawan VOC yang bersekutu dengan Kesultanan Mataram yang dipimpim oleh Pakubuwono II, Tan Peng Nio ikut bergabung ke dalam 200 pasukan yang dibentuk oleh Tumenggung Kolopaking II Penguasa Kadipaten Panjer (Kebumen), yang kemudian dikirimkan untuk membantu pasukan Mas Garendi melawan VOC. 


Dalam medan peperangan itu Tan peng Nio tergabung dalam anggota Laskar Tionghoa yang dipimpin Kapitan Sepanjang.

Beberapa tokoh yang membantu Mas Garendi antara lain:


- Patih Natakusuma, patih bawahan Pakubuwana II yang memilih mendukung Sunan Kuning dan pasukan Tionghoa


- Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa), kelak bergelar Mangkunegara I


- Tumenggung Martapura, bupati Grobogan


- Tumenggung Mangun Oneng, bupati Pati


- Singseh, pemimpin laskar Tionghoa dari Tanjung Welahan (dekat Demak)


- Kapitan Sepanjang, pemimpin laskar Tionghoa dari Batavia


Singkat cerita, setelah Mas Garendi dan pasukanya berhasil menjebol keraton Kartasura dan mengusir VOC serta Pakubuwono II, Mas Garendi menduduki tahta dan bergelar Amangkurat V.


Setelah perang berakhir, Tan Peng Nio kemudian menikah dengan Raden Mas Sulaiman Kertawangsa (Putra Tumenggung Kolopaking II). Ia dan suaminya kemudian menetap di Kademangan Kutowinangun (Kebumen). Setelah menikah ia diberi gelar 'Raden Ayu' sebagai bagian dari keluarga bangsawan Jawa.


Dari pernikahan Raden Ayu Tan Peng Nio dengan Raden Mas Sulaiman Kertawangsa, mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu Raden Mas Endang Kertawangsa dan Raden Ayu Mulat Ningrum.


Raden Mas Sulaiman Kertawangsa kemudian diangkat menjadi penguasa Kadipaten Panjer tahun 1751 - 1790 dan diberi gelar "K.R.A.T Kolopaking III" 


Raden Mas Endang Kertawangsa kemudian menggantikan ayahnya (Sulaiman Kertawangsa) menjadi penguasa Kadipaten Panjer tahun 1790-1833 dan bergelar "K.R.A.T Kolopaking IV".


Pada masa pemerintahan Tumenggung Kolopaking IV inilah di Kadipaten Panjer (Kebumen) terjadi perang Diponegoro (1825-1830). Saat itu, Tumenggung Kolopaking IV beserta para Senopati Panjer seperti Senopati Gamawijaya, Ki Kertadrana, Senopati Jamenggala, Ki Hajar Welaran, Kyai Imanadi dan lain-lain serta pasukan Kadipaten Panjer ikut bersama Pangeran Diponegoro berperang Melawan Belanda yang bekerja sama dengan Tumenggung Arungbinang IV.

 

Tumenggung Kolopaking IV wafat dalam peperangan saat pasukan Belanda dan Arungbinang IV menyerbu Pendopo Agung Kadipaten Panjer (di kelurahan Panjer, Kebumen).


Setelah Raden Ayu Tan Peng Nio wafat, beliau dimakamkan di Desa Jatimulyo, Kec. Alian, Kebumen. Makamnya terletak di tengah persawahan, dibangun dengan gaya makam Tionghoa. Di makam tersebut terdapat tulisan "R.A. K.R.A.T. Kalapaking III (R.A. Tan Peng Nio), istri R.M. Sulaiman Kertawangsa."

"Anak: K.R.T. Endang Kertawangsa, R.A. Mulat Ningrum".


"Menantu: R.A. Jati Arum, R. Tjondro Dahono, R. Kertalaksana".


"Cucu: R. Kertawangsa Gandawijaya / Ki Pongge, R. Kertawangsa Tjandrawijaya / Ki Legowo, R.A. Eguningrum, R. Bintara Ajiwijaya, R. Harjo Jadmiko".

.

*Dikutip dan Disusun kembali dari berbagai sumber Sejarah #AnakTurunNusantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manusia Wadjak (Homo Wadjakenses)

  Tahun 1888 ditemukan tengkorak manusia di Wajak Tulungagung Jawa Timur, tengkorak itu diberi kode nama sebagai Manusia Wajak. Pada awalnya...