Wikipedia

Hasil penelusuran

Tampilkan postingan dengan label FENOMENA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FENOMENA. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Maret 2011

HAPPY BIRTH DAY SUPERMOON





Catatan Pemotretan "Supermoon" 20 Maret 2011 KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
ARBAIN RAMBEY

Bulan purnama istimewa yang terjadi pada 18-21 Maret 2011 lalu sungguh telah menyita perhatian begitu banyak orang. Penyebaran informasinya di internet dan aneka jaringan seluler yang terlalu banyak bumbu pun akhirnya menambah daya tarik untuk menyaksikan bahkan memotretnya. Namun kenyataannya, sebenarnya fenomena yang juga disebut sebagai supermoon ini sekilas tidak berbeda dengan bulan purnama lain. Kalau saja semua informasi itu tidak disebarkan, tak akan ada yang menyadari kehadirannya.

Perhatikan foto B yang seakan sungguh-sungguh foto supermoon tersebut. Mereka beredar di jaringan seluler dan juga e-mail tanpa ketahuan siapa sumber aslinya. Sekilas saja, foto-foto itu langsung kelihatan kepalsuannya. Yang paling utama adalah tidak pernah bulan berada di cakrawala dengan pendar yang begitu terang, di mana pun, bahkan dengan diameter yang begitu besar dibandingkan keadaan sekitarnya.

Foto A yang dihasilkan dalam pemotretan di Palmerah, Jakarta Pusat, pada 20 Maret 2011, pukul 01.11 WIB, tampak besar karena dipotong habis-habisan dari foto yang dihasilkan dari kamera Olympus EPL-1 dengan lensa Nikkor 600 mm/f4, seperti tampak pada foto C.

Terlalu panjang lensanya? Sama sekali tidak!

Lensa 600 milimeter sebenarnya masih terlalu pendek untuk memotret bulan. Perhatikan foto D yang menunjukkan hasil pemotretan bulan purnama (bahkan pada supermoon) memakai lensa 600 mm pada tiga kamera. Ukuran bulan masih terlalu kecil dengan bidang foto yang ada pada ketiga kamera. Untuk memotret bulan dengan detail (memenuhi segenap bidang foto), lensa yang dibutuhkan minimal 1.500 milimeter!

Tidak gelap

Walau malam hari, memotret bulan bukanlah memotret ”kegelapan”. Bulan, terutama saat purnama, memancarkan cahaya yang sangat kuat. Saat supermoon lalu, saya memotret dengan kecepatan rana 1/250 detik dan diafragma 8 pada ISO 200.

Satu hal lain yang tak boleh dilupakan adalah sampai kapan pun permukaan bulan yang menghadap ke bumi adalah permukaan yang selalu sama. Jadi, kalau bulan dipotret pada saat yang sama dari sejumlah tempat berbeda, pasti hasilnya persis sama.

Hasil foto bulan baru akan berbeda antarfotografer manakala posisinya sedang berada tepat tegak lurus di atas. Dengan posisi ini, arah menghadap seorang fotografer akan membedakan foto bulan yang dihasilkannya, seperti tampak pada foto E.

Indonesia Face in Beautyful