Pola Hidup Sehat, Dapat Tunjangan
Sabtu, 8 Januari 2011 | 10:35 WIB
shutterstockLONDON, KOMPAS.com — Ingin tambah sehat, langsing, dan kaya? Datanglah ke Inggris. Pemerintah negara itu memberikan insentif dalam bentuk uang bagi orang yang bisa mengurangi berat badan, berhenti merokok, atau berjalan kaki ke tempat tujuan.
”Kami akan memperluas program pemberian insentif keuangan bagi orang-orang yang memiliki kebiasaan hidup sehat, selama ada bukti yang mendukung,” tutur seorang juru bicara Departemen Kesehatan, Jumat (7/1/2011).
Dalam uji coba program di wilayah Kent, seseorang yang berhasil mencapai target pengurangan berat badan tertentu dan bisa mempertahankan selama 24 bulan akan mendapat insentif sebesar 425 poundsterling (Rp 5,9 juta). Di London, pengelola transportasi publik akan memberikan tiket menonton film atau voucer belanja kepada anak-anak sekolah yang mau berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.
Di Skotlandia, pemerintah akan memberikan voucer belanja makanan senilai 12,50 poundsterling (Rp 173.600) per minggu kepada setiap wanita hamil di lingkungan masyarakat miskin apabila mereka mau berhenti merokok. Meski mulai menunjukkan hasil, ada yang mengkritik program seperti ini tidak mendidik.
Kompas CetakSumber :
Blog ini dibuat semata mata hanya untuk penyaluran hoby dan persahabatan tidak bermaksud merugikan pihak lain dan ataupun melanggar undang undang, terima kasih atas kunjunganya.
Wikipedia
Hasil penelusuran
Sabtu, 08 Januari 2011
PUTRA IANDONESIA BERHASIL KIBARKAN MERAH PUTIH DI PUNCAKACONCAGUA
Ekspedisi 7 Puncak Dunia
Akhirnya Merah Putih Berkibar
Rabu, 29 Desember 2010 | 10:47 WIB
ISTIMEWA/Tim 7 SUMMIT
Inilah puncak Aconcagua di Argentina, Amerika Selatan. Waktu ideal untuk pendakian gunung setinggi 6.962 mdpl ini adalah Januar-Maret. Pegunungan andes merupakan pegunungan terpanjang di dunia, membentang sejauh 7.000 km mebyisir pantai barat Amerika Latin. Puncak Aconcagua berdiri di perbatasan Argentina-Chili.
TERKAIT:
Persiapan Mendaki Aconcagua
Tim Ekspedisi Tiba di Plaza Canada
Tim Mulai Mendaki Menuju Kamp 1
Besok, Pendakian Puncak Aconcagua
JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia hari Senin (27/12/2010) pukul 15.15 waktu argentina berhasil menancapkan bendera merah putih di Aconcagua (6900 mdpl), gunung tertinggi di benua Amerika.
Tiga pendaki yang berhasil menggapai puncak adalah Adhesir Yatebbi, Martin Rimbawan, dan Lutfi Al Fajri dari Wanadri. Keberhasilan Tim dari Wanadri itu dikabarkan wartawan Kompas Harry Susilo hari Rabu dari Plaza de Mulas.
Hari terhadang badai pada ketinggian 6500 mdpl sehingga belum berhasil mencapai puncak. Pendakian selama 14 jam berlangsung dalam suasana hujan badai yang dahsyat sehingga tiga anggota tim lain Nurhuda, Iwan Irawan dan Gina Afriani diminta turun ke camp 3 Cholera karena kondisi fisik tak memungkinkan.
Setelah mencapai puncak dan membuat beberapa dokumentasi tim kembali ke camp Cholera. Total dibutuhkan waktu 14 jam darI Camp Cholera ke puncak dan kembali ke camp cholera. Rencananya, anggota tim Nurhuda, Iwan, Gina Afriani kembali akan menuju puncak pada Kamis besok.
Untuk summit kedua, manajer tim lebih memprioritaskan untuk para pendaki. Anggota tim lain menunggu di Plaza de mulas. Demikian dilaporkan wartawan Kompas Hari Susilo dari Plaza de Mulas.
Editor: Hertanto Soebijoto Dibaca : 13842
Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by
PUTRA INDONESIA SIAP KIBARKAN KEMBALI MERAH PUTIH DI PUNCAK ACONCAGUA
Puncak Aconcagua.
Senin, 27 Desember 2010 | 11:01 WIB
SHUTTERSTOCK
Puncak Aconcagua.
TERKAIT:
Tim Ekspedisi Tiba di Plaza Canada
Tim Mulai Mendaki Menuju Kamp 1
Besok, Pendakian Puncak Aconcagua
Tim Pulihkan Kondisi di Plaza de Mulas
Tim 7 Summit Memulai Pendakian
BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Setelah beristirahat seminggu di Santiago, Cile, tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) 2009-2012 mulai mempersiapkan diri untuk pendakian ke Puncak Aconcagua (6.959m). Akhir pekan lalu tim yang didukung penuh PT Mudking Asia Pasifik Raya itu bergerak ke Mendoza, Argentina menggunakan bus.
Wartawan Warta Kota Max Agung Pribadi yang bergabung bersama tim, Minggu (26/12/2010) melaporkan, tim mengecek ulang dan memilah semua perlengkapan dan belanja logistik yang masih kurang. Perlengkapan yang sebelumnya digunakan tim untuk mendaki Puncak Vinson Massif di Kutub Selatan tidak seluruhnya digunakan di Aconcagua. Jaket downsuit dan sepatu triple boot misalnya, hanya akan digunakan kembali di Gunung Everest dan Mc Kinley (Amerika Utara). Peralatan itu ditinggalkan di Mendoza.
Tim yang beranggotakan Sofyan Arief Fesa (27), Janatan Ginting (21), Broery Andrew (21), dan Xaverius Frans (21) mendaki puncak Aconcagua dengan dukungan pemandu gunung dari Acomara. Pendakian dimulai pada 28 Desember setelah sebelumnya tim bergerak ke Puenta del Inca menggunakan kendaraan.
Pendakian ke Aconcagua dimulai dari titik ini setelah pencatatan administrasi di Destacamento Guardaparque Horcones atau semacam kantor pengelola taman nasional setempat. Dari 33 jalur menuju puncak, jalur melalui Polish Original Glacier termasuk yang terpanjang.
Dari Puente del Inca, akses menuju puncak terbagi menjadi dua, ke arah barat melalui Lembah Horcone dimana Rute Normal berada serta ke arah timur melalui Lembah Vacas dimana Rute Polish Glacier berada. Pada peta topografi Provincial Aconcagua skala 1:50.000 terlihat, perjalanan di Lembah Vacas ini relatif landai dengan melintasi dua-tiga kontur dan dua kali menyeberangi Sungai Vacas. Jalan mulai menanjak tajam setelah melewati Casa de Piedra (3.245m), empat hari perjalanan dari Puente del Inca.
Ketua tim Sofyan Arief Fesa mengatakan, tim akan bergerak mengangkut seluruh logistik dengan mobil hingga Quebrada de Vacas. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan trekking dan perbekalan diangkut menggunakan mulas (sejenis keledai) hingga ke Pampa de Lenas (3.100m). Keesokan harinya menuju Casa de Piedra (3.600m) hingga ke Base Camp Plaza Argentina (4.180m).
Di base camp tim akan beraklimatisasi selama dua hari sambil mengangkut perbekalan menuju Camp I (4.950m) lalu kembali ke basecamp. Pada 5 Januari, tim melanjutkan pendakian dengan taktik himalaya yaitu mendaki sambil beraklimatisasi dengan menambah ketinggian dan memindahkan perbekalan secara bertahap. Setelah menginap sehari di Camp I, tim lalu memindahkan perbekalan ke Camp II (5.800m). Dari Camp II tim mendaki menuju Piedra Bandera (6.400m) dan direncanakan akan menggapai puncak pada 10 Januari 2011.
Muhamad Muqharabbin bin Mokhtarrudin (28) alias Qobin, pendaki Malaysia yang ditemui di pesawat menuju Buenos Aires mengatakan, cuaca di sekitar puncak Aconcagua tak menentu. ”Seringkali hanya nasib baik saja kita bisa ke puncak karena sekalipun hari cerah, angin kencang bertiup sewaktu-waktu. Kalau anginnya sudah sampai 40 kilometer per jam, kita tidak bisa ke puncak karena bahaya terkena frostbite,” tutur Qobin yang baru turun dari puncak pada pertengahan Desember lalu.
Ia dalam perjalanan menuju Vinson Massif untuk menggenapi pendakian Seven Summits. Sehari sebelum ia menggapai puncak, tiga tenda di camp III sampai hancur disapu Angin Putih atau El Viento Blanco, cuaca ekstrem Aconcagua yang sangat terkenal.
“Cuaca setempat benar-benar tak menentu. Karena itu pandai-pandailah mengatur waktu buat summit attack,” tutur Qobin yang juga sudah mendaki Everest (2004), Kilimanjaro (2010), dan Kosciusko (2010). (MAX)
Sabtu, 21 Agustus 2010
EKSPEDISI ELBRUS
Merayakan Kemerdekaan di Mahkota Benua Eropa
Sabtu, 21 Agustus 2010 | 03:06 WIB
WANADRI/MARTIN RIMBAWAN
Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri berhasil mendaki hingga puncak barat Elbrus (5.642 meter), tertinggi di Eropa, Kamis (19/8) siang. Mereka berhasil mencapai Elbrus setelah beberapa waktu lalu mencapai puncak Ndugu-Ndugu dan Kilimanjaro, yang merupakan tiga dari tujuh puncak dunia.
Ambrosius Harto Manumoyoso
Badai salju menunda usaha Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri mengibarkan Merah Putih di Gunung Elbrus, Rusia, saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus lalu. Namun, dalam terpaan angin kencang, akhirnya mereka berhasil juga mengibarkan Merah Putih di puncak barat Elbrus atau Oskhamako (5.642 meter), Kamis (19/8) pukul 11.30 waktu setempat.
Inilah perayaan kemerdekaan negeri yang tertunda dan tentu jauh berbeda dengan yang dirasakan rakyat sebangsa dan seTanah Air. Di negeri jauh ini, perayaan kemerdekaan tidak ada pesta. Tidak ada lomba khas 17 Agustus. Cuma doa syukur dan air mata kebahagiaan yang ditumpahkan di sepetak lahan bersalju tebal, puncak Eropa. ”Kami semua menangis ketika sampai di puncak,” kata Ketua Tim Pendaki Ardeshir Yaftebbi.
Pendakian dimulai pukul 03.00 waktu setempat. Dari Barrels Hut (3.870 meter), tempat menginap, tim menyewa truk salju menuju Pastukhov Rocks (4.600 meter). Dari kawasan berbatu itulah, tim mendaki hampir enam jam ke Sadel (5.350 meter), pertemuan dua jalur menuju puncak barat dan puncak timur (5.621 meter).
Dalam pendakian dari Pastukhov Rocks-Sadel itulah, angin bertiup kencang. Tim tidak sempat menghitung berapa kecepatan angin.
Dari Sadel menuju puncak yang medannya amat terjal, angin makin kencang. Anggota tim pendaki Gina Afriani sampai harus diikatkan dengan tali pada tubuh Sergey Fursov, pemandu pendakian tim. ”Saya hampir jatuh terus-terusan,” kata Gina.
Selain Ardeshir, Fajri, dan Gina, tiga pendaki Wanadri juga berhasil mencapai puncak, yaitu Iwan Irawan (Kwecheng), Nurhuda, dan Martin Rimbawan. Selain itu, juga Hendricus Mutter, pendaki senior Wanadri sekaligus staf ahli tim ekspedisi, dan Popo Nurakhman, juru kamera Metro TV. Manajer Tim Bambang Hamid (Abeng) tidak sampai ke puncak, tetapi menunggu tim di Sadel.
Wartawan Kompas yang turut menyertai pendakian itu sudah lebih dulu gagal karena terserang penyakit gunung. Di atas Pastukhov Rocks, saya terserang sakit kepala, sesak napas, perut mual, dan susah melihat dengan jelas.
Akhirnya saya minta turun sendiri untuk kembali ke Barrels Hut. Saya tidak ingin membebani usaha tim menuju puncak. Abeng dan dua pemandu pendakian, Daniil Timofeev dan Alex Avtomonov, akhirnya setuju meskipun mereka agak khawatir bagaimana nanti saya bisa sampai ke pemondokan tanpa ditemani siapa pun. ”Oke, kamu harus ikuti tongkat merah, jangan sampai keluar dari jalur pendakian,” kata Daniil kepada saya. Tongkat itu penanda jalur pendakian yang sudah terpasang sebelumnya.
Saat tim berjuang ke puncak, saya berjuang turun sampai pemondokan Barrels Hut. Tiga kali saya memuntahkan cairan. Saya hampir kehilangan kesadaran. Kaki melangkah ngawur. Pandangan agak kabur meskipun cuaca di bawah Pastukhov Rocks cerah.
Untunglah, dalam perjalanan turun sejumlah pendaki menolong. Ada yang menggandeng saya turun beberapa meter. Ada yang memberi saya minuman hangat hingga melepaskan crampon, cakar-cakar es pada alas double boot (sepatu es). Akhirnya, saat tim mencapai puncak, saya berhasil mencapai pemondokan. ”Keputusanmu sudah tepat. Kalau lanjut, kamu bisa mati,” kata Manuel Pizarro, pendaki asal Kanada yang satu pemondokan dengan saya, ketika melihat saya datang.
Manuel yang juga paramedis segera memeriksa tekanan darah dan jantung saya. ”Lumayan, kamu membaik dan sebaiknya kamu istirahat sambil menunggu tim kembali,” katanya di pemondokan berupa peti kemas.
Elbrus merupakan puncak ketiga yang telah didaki tim. Puncak pertama ialah Ndugu- Ndugu atau Carstensz Pyramid (4.884 meter) di Indonesia, mewakili Benua Oceania-Australia. Puncak kedua adalah Kilimanjaro (5.895 meter) di Tanzania, mewakili Afrika.
Elbrus berpuncak kembar dan berada dalam gugusan pegunungan Kaukasus yang membatasi Rusia dan Georgia.
Setelah Elbrus, masih ada empat puncak lagi yang jauh lebih berat. Namun, tim bertekad juga mengibarkan Sang Merah Putih di puncak Aconcagua, Denali (McKinley), Vinson Massif, dan Sagarmatha (Everest).
Ekspedisi ini membawa misi nasional menjadi orang pertama Indonesia yang memuncaki tujuh puncak dunia. Untuk mewujudkannya, tim didukung pemerintah, Pertamina, Telkomsel, Tugu Pratama Indonesia, Eiger, Pointrek, Rumah Nusantara, dan media massa (Metro TV, Kompas, dan Antara).
Merayakan Kemerdekaan di Mahkota Benua Eropa
Sabtu, 21 Agustus 2010 | 03:06 WIB
WANADRI/MARTIN RIMBAWAN
Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri berhasil mendaki hingga puncak barat Elbrus (5.642 meter), tertinggi di Eropa, Kamis (19/8) siang. Mereka berhasil mencapai Elbrus setelah beberapa waktu lalu mencapai puncak Ndugu-Ndugu dan Kilimanjaro, yang merupakan tiga dari tujuh puncak dunia.
Ambrosius Harto Manumoyoso
Badai salju menunda usaha Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri mengibarkan Merah Putih di Gunung Elbrus, Rusia, saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus lalu. Namun, dalam terpaan angin kencang, akhirnya mereka berhasil juga mengibarkan Merah Putih di puncak barat Elbrus atau Oskhamako (5.642 meter), Kamis (19/8) pukul 11.30 waktu setempat.
Inilah perayaan kemerdekaan negeri yang tertunda dan tentu jauh berbeda dengan yang dirasakan rakyat sebangsa dan seTanah Air. Di negeri jauh ini, perayaan kemerdekaan tidak ada pesta. Tidak ada lomba khas 17 Agustus. Cuma doa syukur dan air mata kebahagiaan yang ditumpahkan di sepetak lahan bersalju tebal, puncak Eropa. ”Kami semua menangis ketika sampai di puncak,” kata Ketua Tim Pendaki Ardeshir Yaftebbi.
Pendakian dimulai pukul 03.00 waktu setempat. Dari Barrels Hut (3.870 meter), tempat menginap, tim menyewa truk salju menuju Pastukhov Rocks (4.600 meter). Dari kawasan berbatu itulah, tim mendaki hampir enam jam ke Sadel (5.350 meter), pertemuan dua jalur menuju puncak barat dan puncak timur (5.621 meter).
Dalam pendakian dari Pastukhov Rocks-Sadel itulah, angin bertiup kencang. Tim tidak sempat menghitung berapa kecepatan angin.
Dari Sadel menuju puncak yang medannya amat terjal, angin makin kencang. Anggota tim pendaki Gina Afriani sampai harus diikatkan dengan tali pada tubuh Sergey Fursov, pemandu pendakian tim. ”Saya hampir jatuh terus-terusan,” kata Gina.
Selain Ardeshir, Fajri, dan Gina, tiga pendaki Wanadri juga berhasil mencapai puncak, yaitu Iwan Irawan (Kwecheng), Nurhuda, dan Martin Rimbawan. Selain itu, juga Hendricus Mutter, pendaki senior Wanadri sekaligus staf ahli tim ekspedisi, dan Popo Nurakhman, juru kamera Metro TV. Manajer Tim Bambang Hamid (Abeng) tidak sampai ke puncak, tetapi menunggu tim di Sadel.
Wartawan Kompas yang turut menyertai pendakian itu sudah lebih dulu gagal karena terserang penyakit gunung. Di atas Pastukhov Rocks, saya terserang sakit kepala, sesak napas, perut mual, dan susah melihat dengan jelas.
Akhirnya saya minta turun sendiri untuk kembali ke Barrels Hut. Saya tidak ingin membebani usaha tim menuju puncak. Abeng dan dua pemandu pendakian, Daniil Timofeev dan Alex Avtomonov, akhirnya setuju meskipun mereka agak khawatir bagaimana nanti saya bisa sampai ke pemondokan tanpa ditemani siapa pun. ”Oke, kamu harus ikuti tongkat merah, jangan sampai keluar dari jalur pendakian,” kata Daniil kepada saya. Tongkat itu penanda jalur pendakian yang sudah terpasang sebelumnya.
Saat tim berjuang ke puncak, saya berjuang turun sampai pemondokan Barrels Hut. Tiga kali saya memuntahkan cairan. Saya hampir kehilangan kesadaran. Kaki melangkah ngawur. Pandangan agak kabur meskipun cuaca di bawah Pastukhov Rocks cerah.
Untunglah, dalam perjalanan turun sejumlah pendaki menolong. Ada yang menggandeng saya turun beberapa meter. Ada yang memberi saya minuman hangat hingga melepaskan crampon, cakar-cakar es pada alas double boot (sepatu es). Akhirnya, saat tim mencapai puncak, saya berhasil mencapai pemondokan. ”Keputusanmu sudah tepat. Kalau lanjut, kamu bisa mati,” kata Manuel Pizarro, pendaki asal Kanada yang satu pemondokan dengan saya, ketika melihat saya datang.
Manuel yang juga paramedis segera memeriksa tekanan darah dan jantung saya. ”Lumayan, kamu membaik dan sebaiknya kamu istirahat sambil menunggu tim kembali,” katanya di pemondokan berupa peti kemas.
Elbrus merupakan puncak ketiga yang telah didaki tim. Puncak pertama ialah Ndugu- Ndugu atau Carstensz Pyramid (4.884 meter) di Indonesia, mewakili Benua Oceania-Australia. Puncak kedua adalah Kilimanjaro (5.895 meter) di Tanzania, mewakili Afrika.
Elbrus berpuncak kembar dan berada dalam gugusan pegunungan Kaukasus yang membatasi Rusia dan Georgia.
Setelah Elbrus, masih ada empat puncak lagi yang jauh lebih berat. Namun, tim bertekad juga mengibarkan Sang Merah Putih di puncak Aconcagua, Denali (McKinley), Vinson Massif, dan Sagarmatha (Everest).
Ekspedisi ini membawa misi nasional menjadi orang pertama Indonesia yang memuncaki tujuh puncak dunia. Untuk mewujudkannya, tim didukung pemerintah, Pertamina, Telkomsel, Tugu Pratama Indonesia, Eiger, Pointrek, Rumah Nusantara, dan media massa (Metro TV, Kompas, dan Antara).
Jumat, 20 Agustus 2010
macam macam
Puncak 7 Benua
E l b r u s
Ketinggian : 5642 M (meter)
Benua : Eropa
Negara : Russia / Georgia
Waktu ideal pendakian : Juni, Juli, Agustus, September
Elbrus adalah Gunung tertinggi di seluruh daratan Eropa, terletak di Pegunungan Caucasus yang merupakan batas antara Eropa dan Asia. Sebelum Elbrus ditetapkan sebagai Puncak tertinggi di Eropa, adalah Mt Blanc yang terletak di Negara Perancis dianggap sebagai Puncak tertinggi di Eropa. Dalam urutan Seven Summits, Elbrus ditempatkan sebagai level terendah dalam tingkat kesulitan dibandingkan dengan 6 puncak lain nya.
E l b r u s
Ketinggian : 5642 M (meter)
Benua : Eropa
Negara : Russia / Georgia
Waktu ideal pendakian : Juni, Juli, Agustus, September
Elbrus adalah Gunung tertinggi di seluruh daratan Eropa, terletak di Pegunungan Caucasus yang merupakan batas antara Eropa dan Asia. Sebelum Elbrus ditetapkan sebagai Puncak tertinggi di Eropa, adalah Mt Blanc yang terletak di Negara Perancis dianggap sebagai Puncak tertinggi di Eropa. Dalam urutan Seven Summits, Elbrus ditempatkan sebagai level terendah dalam tingkat kesulitan dibandingkan dengan 6 puncak lain nya.
7 PUNCAK DUNIA
» THE SEVEN SUMMITS
Istilah Seven Summits pertama kali diperkenalkan oleh Richard (Dick) Daniel Bass, warga negara Amerika Serikat, sekitar tahun 1980. Bass membuat sebuah daftar yang berisi 7 puncak tertinggi di tujuh benua. Daftar ini dikenal dengan “Bass List”. Bass menyelesaikan pendakian seven summit-nya dengan pendakian Everest pada tanggal 30 April 1985. Namun kemudian “Bass List” ini direvisi oleh Reinhold Messner dengan mengganti puncak tertinggi di Australia yaitu gunungKosciuszko dengan Carstenz Pyramid yang terletak di Papua, mewakili wilayah Oceania. Revisi Messner inilah -kemudian dikenal sebagai “Messner List” – yang menjadi lebih populer di dunia. Seven Summit versi Messner List ini pertama kali diselesaikan oleh Patrick Morrow (Canada) pada tanggal 7 Mei 1986, disusul oleh Messner sendiri beberapa bulan berikutnya, yaitu pada tanggal 3 Desember 1986.
Sejak pertama kali dicetuskan, Seven Summits selalu menjadi impian para pendaki gunung di seluruh dunia. Upayamencapai tujuh puncak tersebut bukan hal yang mudah, bahkan telah menelan korban puluhan orang pendaki dariberbagai negara. Sampai saat ini baru tercatat 108 orang pendaki dari 33 negara yang berhasil menjejakkan kaki di tujuh puncak tersebut, diantaranya adalah pendaki dari 6 negara Asia, yaitu Jepang, China, Korea Selatan, Singapura, Kuwait dan India.
<span style="font-weight:bold;">Dasar Pemikiran
“ Saudara-saudara, kita 350 tahun ikut-ikut, lantas mendjadi orang jang berpikir “penny-wise, proud and foolish”. Jang tidak mempunjai imagination, tidak mempunjai konsepsi-konsepsi besar, tidak mempunjai keberanian – Padahal jang kita lihat di negara-negara lain itu, Saudara-saudara, bangsa-bangsa jang mempunjai imagination, mempunjai fantasi-fantasi besar, mempunjai keberanian, mempunjai kesediaan menghadapi risiko, mempunjai dinamika ”. (Kutipan pidato Presiden Pertama RI Soekarno, Semarang 1956)
Berangkat dari sebuah mimpi melihat Indonesia sebagai bangsa yang besar, bangsa yang diperhitungkan di mata dunia. Juga perjuangan para pendaki Indonesia terdahulu yang telah berani mempertaruhkan segalanya demi mengharumkan nama Bangsa Indonesia, tetapi belum diberikan kesempatan untuk berhasil dan bahkan ada yang sampai menghembuskan nafas terakhirnya dalam proses pencapaian ke tujuh atap dunia. Tetapi api semangat yang pernah mereka nyalakan jangan sampai padam, perjuangan mereka harus diteruskan, cita-cita mereka telah menjadi cita-cita bangsa, maka kita wajib meneruskannya, kegagalan-kegagalan mereka adalah suatu warisan pelajaran yang tak terhingga.
Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi di sepanjang jalan menuju kesana. Tantangan yang tidak dapat kita lewati tanpa dibekali semangat dan keberanian yang didasari oleh karakter bangsa yang kuat. Semoga cita-cita ini menjadi cita-cita kita bersama, dan perjuangan ini menjadi perjuangan kita - Bangsa Indonesia.
Mengibarkan “merah putih” di puncak - puncak tertinggi di 7 benua mungkin hanya sepenggal kisah petualangan diantara sedemikian banyak dimensi kehidupan. Tetapi, keagungan “merah putih” yang berkibar di puncak-puncak tersebut dapat membuka mata bangsa indonesia dan menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia Bisa !
The Seven Summits
Mimpi para pendaki di dunia
1980 Richard D. Bass mempopulerkan istilah The Seven Summits
1981 Mapala UI dan ITB melakukan Ekspedisi Carstensz
1984 UGM dan Mapala UI berhasil mencapai Puncak Carstensz
1985 Richard D. Bass berhasil menyelesaikan listnya.
1986 Don Hasman mendaki Kilimanjaro Pendakian Seven Summits diselesaikan oleh P. Morrow, kemudian disusul oleh Messner sendiri dengan pendakian tanpa oksigen.
1987 Wanadri dan Mapala UI mendaki Vasuki Parbat (6.792 m), namun tidak berhasil mencapai puncak
1988 Wanadri berhasil mencapai Puncak Pumori (7.145 m), Himalaya, Nepal Hendricus Mutter & Vera mendaki Imjatse (6.169 m), Himalaya, Nepal
1989 Wanadri mendaki Kanchenjunga (ke-3 tertinggi di dunia), namun tidak berhasil mencapai puncak
1990 Mapala UI berhasil mencapai Elbrus (5.642 m), Russia Rob Hall dan Garry Ball berhasil menyelesaikan Seven summits dalam 7 bulan
1992 Mapala UI mendaki Aconcagua, dua orang pendaki gugur dalam pendakian ini, yaitu Norman Edwin dan Didiek Syamsu.
1996 Clara Sumarwati mendaki Everest, namun hingga saat ini masih menjadi kontroversi mengenai pencapaian puncaknya.
1997 Tim Indonesia (Kopassus, Wanadri, Mapala UI dan FPTI) membuktikan prestasi Indonesia dengan menempatkan Asmujiono & Misirin di Puncak Everest. Sekaligus menjadi negara Asia Tenggara pertama yang berhasil mencapai Puncak Everest.
2004 Wanadri mencanangkan ekspedisi ke Everest, namun gagal terbentur dana.
2005 Miroslav Caban, menyelesaikan The Seven Summits tanpa oksigen UPL Unsud berhasil mencapai Puncak Elbrus.
2008 Franky Kowaas mendaki Kilimanjaro, dalam rangkaian Seven Summits Budi Hartono dan Sieling berhasil mencapai puncak Aconcagua dan Kilimanjaro
2009 Budi Hartono dan Sieling mencapai Elbrus Franky Kowaas mencapai Elbrus
2010 Wanadri menggagas untuk menyelesaikan The Seven Summits selama 2 tahun, dengan pendakian pertama ke Carstensz pyramid
Tujuan Expedisi
Umum
Mengangkat dan mensejajarkan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang telah berhasil mencapai Seven Summits.
Meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
Khusus
Mengibarkan “Sang Merah Putih” di puncak tertinggi di tujuh benua.
Mengkampanyekan secara nasional tentang ancaman “global warming” dan pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Mendokumentasikan kisah perjalanan dalam bentuk buku, foto dan film dokumenter,
Mengembangkan studi tentang bagaimana persiapan pendaki gunung tropis menuju pendakian es, bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran sebagai peneliti.
Mempromosikan Carstensz Pyramid dan gunung-gunung tropis lainnya di Indonesia di kalangan masyarakat pendaki dunia.
Memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia, khususnya ke negara-negara tujuan pendakian.
Melakukan roadshow ke beberapa kota di Indonesia dalam rangka sosialisasi hasil kegiatan kepada masyarakat.
Merangsang dunia pendakian Indonesia untuk bersaing dengan para pendaki luar negeri.
© 2010 7PuncakDunia.net. All Rights Reserved. Comment to info@7puncakdunia.net
Istilah Seven Summits pertama kali diperkenalkan oleh Richard (Dick) Daniel Bass, warga negara Amerika Serikat, sekitar tahun 1980. Bass membuat sebuah daftar yang berisi 7 puncak tertinggi di tujuh benua. Daftar ini dikenal dengan “Bass List”. Bass menyelesaikan pendakian seven summit-nya dengan pendakian Everest pada tanggal 30 April 1985. Namun kemudian “Bass List” ini direvisi oleh Reinhold Messner dengan mengganti puncak tertinggi di Australia yaitu gunungKosciuszko dengan Carstenz Pyramid yang terletak di Papua, mewakili wilayah Oceania. Revisi Messner inilah -kemudian dikenal sebagai “Messner List” – yang menjadi lebih populer di dunia. Seven Summit versi Messner List ini pertama kali diselesaikan oleh Patrick Morrow (Canada) pada tanggal 7 Mei 1986, disusul oleh Messner sendiri beberapa bulan berikutnya, yaitu pada tanggal 3 Desember 1986.
Sejak pertama kali dicetuskan, Seven Summits selalu menjadi impian para pendaki gunung di seluruh dunia. Upayamencapai tujuh puncak tersebut bukan hal yang mudah, bahkan telah menelan korban puluhan orang pendaki dariberbagai negara. Sampai saat ini baru tercatat 108 orang pendaki dari 33 negara yang berhasil menjejakkan kaki di tujuh puncak tersebut, diantaranya adalah pendaki dari 6 negara Asia, yaitu Jepang, China, Korea Selatan, Singapura, Kuwait dan India.
<span style="font-weight:bold;">Dasar Pemikiran
“ Saudara-saudara, kita 350 tahun ikut-ikut, lantas mendjadi orang jang berpikir “penny-wise, proud and foolish”. Jang tidak mempunjai imagination, tidak mempunjai konsepsi-konsepsi besar, tidak mempunjai keberanian – Padahal jang kita lihat di negara-negara lain itu, Saudara-saudara, bangsa-bangsa jang mempunjai imagination, mempunjai fantasi-fantasi besar, mempunjai keberanian, mempunjai kesediaan menghadapi risiko, mempunjai dinamika ”. (Kutipan pidato Presiden Pertama RI Soekarno, Semarang 1956)
Berangkat dari sebuah mimpi melihat Indonesia sebagai bangsa yang besar, bangsa yang diperhitungkan di mata dunia. Juga perjuangan para pendaki Indonesia terdahulu yang telah berani mempertaruhkan segalanya demi mengharumkan nama Bangsa Indonesia, tetapi belum diberikan kesempatan untuk berhasil dan bahkan ada yang sampai menghembuskan nafas terakhirnya dalam proses pencapaian ke tujuh atap dunia. Tetapi api semangat yang pernah mereka nyalakan jangan sampai padam, perjuangan mereka harus diteruskan, cita-cita mereka telah menjadi cita-cita bangsa, maka kita wajib meneruskannya, kegagalan-kegagalan mereka adalah suatu warisan pelajaran yang tak terhingga.
Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi di sepanjang jalan menuju kesana. Tantangan yang tidak dapat kita lewati tanpa dibekali semangat dan keberanian yang didasari oleh karakter bangsa yang kuat. Semoga cita-cita ini menjadi cita-cita kita bersama, dan perjuangan ini menjadi perjuangan kita - Bangsa Indonesia.
Mengibarkan “merah putih” di puncak - puncak tertinggi di 7 benua mungkin hanya sepenggal kisah petualangan diantara sedemikian banyak dimensi kehidupan. Tetapi, keagungan “merah putih” yang berkibar di puncak-puncak tersebut dapat membuka mata bangsa indonesia dan menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia Bisa !
The Seven Summits
Mimpi para pendaki di dunia
1980 Richard D. Bass mempopulerkan istilah The Seven Summits
1981 Mapala UI dan ITB melakukan Ekspedisi Carstensz
1984 UGM dan Mapala UI berhasil mencapai Puncak Carstensz
1985 Richard D. Bass berhasil menyelesaikan listnya.
1986 Don Hasman mendaki Kilimanjaro Pendakian Seven Summits diselesaikan oleh P. Morrow, kemudian disusul oleh Messner sendiri dengan pendakian tanpa oksigen.
1987 Wanadri dan Mapala UI mendaki Vasuki Parbat (6.792 m), namun tidak berhasil mencapai puncak
1988 Wanadri berhasil mencapai Puncak Pumori (7.145 m), Himalaya, Nepal Hendricus Mutter & Vera mendaki Imjatse (6.169 m), Himalaya, Nepal
1989 Wanadri mendaki Kanchenjunga (ke-3 tertinggi di dunia), namun tidak berhasil mencapai puncak
1990 Mapala UI berhasil mencapai Elbrus (5.642 m), Russia Rob Hall dan Garry Ball berhasil menyelesaikan Seven summits dalam 7 bulan
1992 Mapala UI mendaki Aconcagua, dua orang pendaki gugur dalam pendakian ini, yaitu Norman Edwin dan Didiek Syamsu.
1996 Clara Sumarwati mendaki Everest, namun hingga saat ini masih menjadi kontroversi mengenai pencapaian puncaknya.
1997 Tim Indonesia (Kopassus, Wanadri, Mapala UI dan FPTI) membuktikan prestasi Indonesia dengan menempatkan Asmujiono & Misirin di Puncak Everest. Sekaligus menjadi negara Asia Tenggara pertama yang berhasil mencapai Puncak Everest.
2004 Wanadri mencanangkan ekspedisi ke Everest, namun gagal terbentur dana.
2005 Miroslav Caban, menyelesaikan The Seven Summits tanpa oksigen UPL Unsud berhasil mencapai Puncak Elbrus.
2008 Franky Kowaas mendaki Kilimanjaro, dalam rangkaian Seven Summits Budi Hartono dan Sieling berhasil mencapai puncak Aconcagua dan Kilimanjaro
2009 Budi Hartono dan Sieling mencapai Elbrus Franky Kowaas mencapai Elbrus
2010 Wanadri menggagas untuk menyelesaikan The Seven Summits selama 2 tahun, dengan pendakian pertama ke Carstensz pyramid
Tujuan Expedisi
Umum
Mengangkat dan mensejajarkan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang telah berhasil mencapai Seven Summits.
Meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
Khusus
Mengibarkan “Sang Merah Putih” di puncak tertinggi di tujuh benua.
Mengkampanyekan secara nasional tentang ancaman “global warming” dan pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Mendokumentasikan kisah perjalanan dalam bentuk buku, foto dan film dokumenter,
Mengembangkan studi tentang bagaimana persiapan pendaki gunung tropis menuju pendakian es, bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran sebagai peneliti.
Mempromosikan Carstensz Pyramid dan gunung-gunung tropis lainnya di Indonesia di kalangan masyarakat pendaki dunia.
Memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia, khususnya ke negara-negara tujuan pendakian.
Melakukan roadshow ke beberapa kota di Indonesia dalam rangka sosialisasi hasil kegiatan kepada masyarakat.
Merangsang dunia pendakian Indonesia untuk bersaing dengan para pendaki luar negeri.
© 2010 7PuncakDunia.net. All Rights Reserved. Comment to info@7puncakdunia.net
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Telaga Sarangan, Wisata Mempesona di Kaki Gunung Lawu Oleh Anida Etikawati (3 Januari 2011) Hasil ekspedisi ke Telaga Sarangan, 1 Januari 20...
-
Kematian di Tangan Narendro Ludiro Seto PARAMITANakula dan Sadewa menghadap Prabu Salya setelah keduanya mengetahui Salya diangkat sebagai ...