Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 24 Desember 2024

Tour De France Yogya - Batavia in 14 Days

 Tour de France Djogja-Batavia

Kisah Jongos Pemecah Rekor


Ini cerita sangat menggemparkan tanah Hindia Belanda sampai jauh ke negeri Belanda. Koran-koran di Hindia Belanda maupun Belanda banyak mengabarkan peristiwa yang bikin heboh dunia tersebut. Bagaimana tidak, seorang remaja (jongen), menempuh perjalanan dari Djogjakarta ke Batavia selama tiga setengah hari dengan menggenjot onthel. Bahkan disebut-sebut waktu tempuh dengan onthel ini memecahkan rekor Tour de France.


Kejadian ini apakah membanggakan atau sebuah tragedi yang terbilang ironis ? Begini ceritanya, bocah lelaki bernama Kromo seorang pembantu atau jongos, dari seorang tentara berpangkat letnan yang bertugas di Djogjakarta. Pada suatu hari Kromo ingin meminjam sepeda pada majikannya untuk bepergian. Karena merasa puas dengan kinerja pembantunya sang letnan Belanda menginjinkan sepedanya dibawa Kromo. Jongos muda ini membutuhkan sepeda untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di Batavia (Jakarta). Bocah itu pun berhasil bersepeda dari Djogja ke Batavia dalam tempo tiga setengah hari. Dalam tiga setengah hari itu dikisahkan, saat dalam perjalanan ke Batavia Kromo tidak membawa bekal makanan dan uang sepersen pun. Nah, karena kepepet untuk makan akhirnya Kromo pada hari pertama menjual bagasi sepeda (boncengan), pada hari kedua, ia menjual pompa, dan di hari ketiga Kromo menjual lampu sepeda yang dikendarainya. Akhirnya, Kromo pun berhasil tiba di Batavia dengan selamat. 


Saudaranya di Batavia merasa senang bertemu dengan anggota keluarganya yang sudah lama tak menjenguknya. Ia mengira bahwa perjalanan Kromo ini disertai dengan surat ijin majikannya. Setelah beristirahat, Kromo pun berencana membelikan onderdil sepeda majikannya yang telah dijualnya. Namun apa daya, Kromo tak mampu membeli onderdil sepeda sang majikan yang terbilang mahal. Akhirnya Kromo pun pulang ke Djogja dengan bersepeda lagi. Setelah menempuh perjalanan selama 14 hari Kromo tiba di Djogja dengan selamat. Tak lama kemudian Kromo ditangkap oleh polisi karena dilaporkan sang majikan.


Tuduhan pencurian sepada tak bisa didakwakan kepada Kromo, sebab ia telah meminta ijin pada pemiliknya. Namun dakwaan penggelapan sepeda dapat diterima, karena Kromo tak meminta ijin untuk menjual dan tak mampu mengganti onderdil sepeda milik majikannya. Akhirnya hakim hanya menjatuhkan sangsi pada Kromo menjadi tahanan kota. Bahkan sang hakim menghormatinya, sebagai bocah lelaki yang memiliki semangat yang luar biasa. Hakim mengatakan bila Tour de France itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan djongos muda ini. Kromo pun tak dijebloskan ke penjara. Namun, majikan Kromo tak mau menerimanya kembali untuk bekerja di rumahnya. (Gambar ilustrasi bocah bersepeda onthel koleksi basabasi.co).


Referensi


Disarikan dari Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie terbitan 9 April 1937. | Oldbike in History.





















Minggu, 22 Desember 2024

Tri Buana Tunggadewi Ratu Majapahit

 “Tribhuwana Wijayatunggadewi: Sang Ratu Perang dari Majapahit”


Ketika berbicara tentang kepemimpinan luar biasa dalam sejarah Nusantara, Tribhuwana Wijayatunggadewi, Ratu Majapahit yang berani memimpin peperangan, adalah salah satu sosok yang tak bisa dilewatkan. Sebagai adik dari Raja Jayanegara, Tribhuwana naik takhta setelah kematian kakaknya. Dalam masa pemerintahannya, ia membuktikan diri sebagai pemimpin tangguh yang tidak hanya piawai memimpin kerajaan tetapi juga mampu mengambil alih komando di medan perang.


Awal masa pemerintahannya bukanlah periode yang mudah. Negeri bawahannya, Sadeng dan Keta, melakukan pemberontakan besar-besaran yang mengancam stabilitas Majapahit. Di tengah situasi itu, Mahapatih Aria Tadah, yang biasanya menjadi andalan kerajaan, sedang sakit parah. Dengan kondisi genting tersebut, Tribhuwana tidak ragu untuk turun tangan langsung.


Awalnya, ia mempercayakan penumpasan pemberontakan kepada tiga panglima andal: Ra Kembar, Adityawarman, dan Gajah Mada. Namun, bukannya bekerja sama, ketiga panglima tersebut justru sibuk bersaing untuk menunjukkan keunggulan masing-masing. Melihat situasi itu, Tribhuwana mengambil keputusan berani, ia memutuskan memimpin langsung pasukan Majapahit sebagai panglima perang utama.


Keputusan ini bukan hanya langkah strategis tetapi juga menunjukkan keberanian yang luar biasa. Seperti yang dicatat dalam Pararaton, persaingan antara Gajah Mada dan Ra Kembar untuk menjadi pemimpin operasi penumpasan pemberontakan Sadeng dan Keta memaksa Tribhuwana turun tangan. Dengan didampingi Gajah Mada, Ra Kembar, dan Adityawarman yang saat itu menjabat sebagai Wreddhamantri atau perdana menteri, ia memimpin sendiri pasukan kerajaan untuk meredam kekacauan tersebut.


Langkah heroik Tribhuwana membuahkan hasil gemilang. Pemberontakan Sadeng dan Keta berhasil ditumpas, dan stabilitas Majapahit kembali terjaga. Dalam proses ini, ia juga mengangkat Gajah Mada sebagai Mahapatih baru, keputusan yang kelak membawa Majapahit ke puncak kejayaan di bawah Sumpah Palapa.


Tribhuwana Wijayatunggadewi tidak hanya tercatat sebagai raja wanita yang hebat, tetapi juga sebagai sosok pemimpin perang yang mampu menyatukan kekuatan kerajaan. Keberaniannya memimpin langsung pasukan di medan perang menjadi bukti bahwa ia bukan hanya ratu di istana, melainkan juga panglima sejati di medan laga.


Rahayu sahabat Nusantaraku 🙏 ♥️ 🇮🇩 

Merawat Budaya 🇮🇩 

Menjaga Tradisi 🇮🇩 


#RatuMajapahit

#TribhuwanaWijayatunggadewi

#SejarahNusantara

#PemimpinPerang

#KejayaanMajapahit

#historybudayanusantara 

#srikandinus4ntara


Kisah Pangeran Diponegoro

 EKyai Gentayu: 

Kuda Hitam Legendaris Pangeran Diponegoro


Pangeran Diponegoro, sang pahlawan nasional yang dikenal gigih melawan penjajahan, memiliki seekor kuda hitam perkasa bernama Kyai Gentayu. Kuda ini tidak hanya istimewa karena kekuatannya, tetapi juga karena ciri khasnya ujung keempat kakinya berwarna putih, seolah menjadi simbol keberanian. Kyai Gentayu adalah hadiah istimewa yang diberikan kepada Pangeran Diponegoro saat beliau dikhitan, dibeli dari seorang pedagang Tiongkok yang sering memasok kebutuhan keraton.


Kemampuan Pangeran Diponegoro dalam menunggang kuda memang luar biasa. Di kediamannya di Tegalrejo, ia memelihara lebih dari 60 kuda sebelum perang. Keahliannya ini menjadi senjata ampuh saat bertempur di medan perang. Dengan Kyai Gentayu, ia kerap berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, bahkan di medan sulit seperti saat menyeberangi Kali Progo. Kecepatan dan kegesitan Kyai Gentayu menjadikannya mitra setia sang pangeran dalam perjuangan.


Kyai Gentayu bukan sekadar kuda perang; ia adalah bagian dari legenda perjuangan Pangeran Diponegoro yang menginspirasi bangsa hingga kini.

Sejarah Lasem Majapahit

 PUTRI MAJAPAHIT YANG KECERDASAN & KECANTIKANNYA SETARA DENGAN CLEOPATRA


Sejarawan dan diplomat University of British Columbia, Kanada, Prof Paul Drake dalam bukunya "Gayatri Rajapatni, Perempuan di Balik Kejayaan Majpahit" (Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012) yang disunting sejarawan Universitas Indonesia Manneke Budiman, menyejajarkan Gayatri sekaliber dengan Cleopatra, seorang perempuan kuat di Mesir yang bahkan membuat Caesar, kaisar Romawi tunduk.


Drake memaparkan bahwa Gayatri seorang perempuan yang menjadi pemikir dan dalang sejumlah peristiwa, termasuk perekrutan Mahapatih Gajah Mada, bahkan patut diduga ada di balik pembunuhan raja sah Majapahit Jayanegara (1309-1322).


Pararaton menyebutkan Raden Wijaya hanya menikahi dua orang putri Kertanagara saja. Pemberitaan tersebut terjadi sebelum Majapahit berdiri. Diperkirakan, mula-mula Raden Wijaya hanya menikahi Tribhuwaneswari dan Gayatri saja. Baru setelah Majapahit berdiri, ia menikahi Mahadewi dan Jayendradewi pula. Dalam Kidung Harsawijaya, Tribhuwana dan Gayatri masing-masing disebut dengan nama Puspawati dan Pusparasmi.


Pada saat Singhasari runtuh akibat serangan Jayakatwang tahun 1292, Raden Wijaya hanya sempat menyelamatkan Tribhuwana saja, sedangkan Gayatri ditawan musuh di Kadiri. Setelah Raden Wijaya pura-pura menyerah pada Jayakatwang, baru ia bisa bertemu Gayatri kembali.


Tak hanya istri Raden Wijaya yang dikenal rupawan, keturunan dibawahnya juga jelita seperti Bhre Lasem. Adik sepupu perempuan Hayam Wuruk, Indudewi atau Bhre Lasem, menikah dengan Raja Matahun Rajasawardhana; sedangkan adik termuda, Bhre Pajang, menikah dengan Raja Paguhan Singawardhana.


Bhre Lasem menurunkan putri bernama Nagarawardhani, yang kemudian dinikahkan dengan putra Hayam Wuruk dari selir, bernama Bhre Wirabhumi.


Pararaton memberitakan bahwa Bhre Wirabhumi nikah dengan “Bhre Lasem sang Alemu” (Bhre Lasem yang gemuk). Dengan begitu, Nagarawardhani dalam Nagarakretagama itu sama dengan Bhre Lasem Sang Alemu dalam Pararaton.


Bhre Pajang menurunkan putri Surawardhani yang memerintah di Pawanuhan dan Wikramawardhana atau Bhre Mataram.


Wikramawardhana menikah dengan Kusumawardhani. Pararaton menyebut Kusumawardhani sebagai Bhre Lasem Sang Juwita.


Dalam Nagarakretagama pupuh VI diceritakan, "Telah dinobatkan sebagai raja tepat menurut rencana. Laki tangkas Rani Lasem bagai raja daerah Matahun. Bergelar Rajasawardana, sangat bagus lagi putus dalam naya.Raja dan rani terpuji laksana Asmara dengan Pinggala."


Bhre Lasem menurunkan putri jelita Nagarawardani. Bersemayam sebagai permaisuri pangeran di Wirabumi. Rani Pajang menurunkan Bhre Mataram Sri Wikramawardana.Bagaikan titisan Hyang Kumara, wakil utama Sri Narendra.


Putri bungsu rani Pajang memerintah daerah Pawanuhan. Berjuluk Surawardani, masih muda indah laksana lukisan. Para raja pulau Jawa masing-masing mempunyai negara. Dan Wilwatikta tempat mereka bersama menghamba Sri Nata.


Oleh : Sejarah Lasem Majapahit

Sabtu, 21 Desember 2024

Kisah 7 Dokter Surabaya

 

Kisah 7 Dokter di Surabaya Rogoh Kocek Pribadi Demi Bangun RS Ibu dan Anak

24 Juni 2024 16:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
Prof. Dr. dr. Budi Santoso, SpOG (K), salah satu pendiri RSIA Kendangsari Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Dr. dr. Budi Santoso, SpOG (K), salah satu pendiri RSIA Kendangsari Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika niat pasti ada jalan. Prinsip ini diterapkan oleh 7 dokter di Surabaya untuk mewujudkan mimpi membangun sebuah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan secara khusus kepada ibu dan anak.
ADVERTISEMENT
Ke tujuh dokter itu adalah Prof. Dr. dr. Budi Santoso, SpOG (K), dr Supratiknyo, Sp.OG, dr. Indra Yuliati, SpOG (K), Dr. dr Hendra SR, SpOG, Dr. dr. Jimmy Yanuar A, SpOG (K), Dr.dr. Budi Prasetyo, SpOG (K), dan dr. M Fachry, SpOG.
"Kami memiliki visi dan misi yang sama, untuk membangun sebuah rumah sakit yang secara khusus memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Apalagi waktu itu di Surabaya belum ada rumah sakit yang secara spesifik untuk ibu dan anak," ungkap Prof. Dr. dr. Budi Santoso, SpOG (K), salah satu pendiri sekaligus Komisaris Utama Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari Surabaya, saat dijumpai Basra diselat ground breaking pengembangan RSIA Kendangsari, Senin (24/6).
Ground breaking pengembangan RSIA Kendangsari yang dihadiri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Senin (24/6).
zoom-in-whitePerbesar
Ground breaking pengembangan RSIA Kendangsari yang dihadiri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Senin (24/6).
"Kami bertujuh merogoh dana pribadi untuk membangun (RSIA Kendangsari) ini. Ya memang bisa dibilang nekat karena dana yang kami miliki tidak cukup besar. Tapi karena kami memiliki keinginan yang kuat, Alhamdulillah atas izin Allah bisa," sambung Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unair ini.
ADVERTISEMENT
Prof Budi menuturkan, RSIA Kendangsari mulai beroperasi pada periode Februari 2011. Prof Budi menegaskan rumah sakit di kawasan Surabaya selatan ini murni dirikan oleh dirinya dan 6 dokter lainnya, tanpa ada dana pinjaman dari mana pun.
"Tidak ada dana pinjaman dari bank, murni dari dana gotong royong kami. Bahkan beberapa tahun berjalan setelah rumah sakit ini beroperasi, kami malah dapat tawaran dana pinjaman dari bank untuk pengembangan rumah sakit," terangnya.
Hingga pada 2014, RSIA Kendangsari memiliki cabang di kawasan Surabaya Timur.
Informasi penting disajikan secara kronologis
Lihat Breaking News
Prof Budi mengakui, tak sedikit rumah sakit yang didirikan oleh beberapa dokter tidak dapat bertahan lama. Namun ia mengaku cukup bersyukur, hal tersebut tidak terjadi di tempatnya. Bahkan pihaknya kini tengah bersiap mengembangkan RSIA Kendangsari dengan pendirian gedung lima lantai.
ADVERTISEMENT
"Ya karena itu tadi, visi dan misi kami sama, ingin memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk kalangan ibu dan anak," tandasnya.

Dokter Amira Abdat



 

Kisah Amira, Satu-satunya Dokter Kandungan di Fakfak Papua

17 November 2024 9:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
dr Amira Abdat SpOG (kiri). Foto: Dok. pribadi
dr Amira Abdat SpOG (kiri). Foto: Dok. pribadi
ADVERTISEMENT

dr Amira Abdat SpOG adalah sosok dokter yang penuh dedikasi dalam mengabdikan diri untuk masyarakat. Ia menjalankan pengabdian itu di ujung Timur Indonesia, yaitu Papua.

ADVERTISEMENT

Amira telah memulai pengabdiannya sebagai dokter umum di salah satu puskesmas di pelosok Fakfak pada 2013 hingga 2015 lalu. Pada 2015, ia mendapatkan beasiswa dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes-RI) untuk melanjutkan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran (FK) Unair dan tuntas pada 2020.

Selepas itu, ia kembali lagi mengabdi di Fakfak, dan menjadi satu- asatunya dokter spesialis obgyn di sana.

Dalam kesehariannya di Fakfak, Amira menjalani peran sebagai dokter kandungan di salah satu rumah sakit umum daerah Fakfak. Ia memiliki kewajiban untuk memeriksa pasien hamil hingga melakukan tindakan operasi. Selain itu, Amira juga berperan sebagai ketua tim program Gerakan Jemput Bola.

Gerakan Jemput Bola merupakan kegiatan sukarela yang melibatkan para perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Setiap akhir pekan, Amira dan timnya mendatangi rumah para warga di kampung-kampung terpencil di Fakfak yang sulit untuk mendapatkan akses fasilitas kesehatan.

ADVERTISEMENT

“Tujuannya adalah agar tidak ada lagi pasien yang datang dalam kondisi darurat, yang tentunya situasi tersebut dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi,” ujarnya, Minggu (17/11).

Bekerja di lingkungan dengan keterbatasan sarana dan prasarana tentu membuat Amira sering menghadapi momen kelelahan. Namun, hal itu tidak meredupkan semangatnya. Berbekal nasihat dari para gurunya, Amira mampu terus berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat sekitar.

“Yang paling penting adalah jadi dokter yang baik, maka sukses dan rejeki akan mengikuti sendiri. Jadi kalau kita punya etika moral, pasti kita akan selalu berprinsip bahwa semua yang kita lakukan ini adalah untuk orang lain," tuturnya.

"Jadi, jangan pernah mengeluh atau merasa kurang. Kita harus bersyukur justru dengan apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita untuk bisa bermanfaat bagi sesama,” sambungnya.

ADVERTISEMENT

Amira juga menyampaikan pesan kepada para dokter dan tenaga medis muda yang tertarik mengabdikan diri di wilayah terpencil.

“Jadi, ini panggilan jiwa bukan sekadar perniagaan. Materi memang penting, karena hidup membutuhkan itu. Namun, materi tidak selalu berupa finansial. Kesehatan, kebahagiaan, banyaknya teman, relasi, serta kemudahan akses adalah bentuk rezeki yang patut disyukuri,” tegasnya.

Ia menambahkan, modal utama untuk mempersiapkan diri saat ingin mengabdi adalah mental dan niat kuat mengabdikan diri untuk bangsa dan negara.

“Karena sebetulnya pengabdian itu adalah milik kita bersama serta sebuah wujud cinta tanah air. Di dalam pengabdian itu ada rasa tanggung jawab, komitmen, ikatan batin, dan ikatan cinta untuk sesama. Jadi, rasa untuk mengabdi itu seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang sudah menempuh pendidikan perkuliahan,” pungkasnya.

ADVERTISEMENT

Berkat dedikasinya di dunia kesehatan itu, Amira dianugerahi penghargaan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, dalam ajang Liputan6 Awards, Oktober lalu. Ia mendapatkan penghargaan tersebut sebagai bentuk apresiasi atas pengabdiannya pada masyarakat ujung Timur Indonesia, Papua.

Tour De France Yogya - Batavia in 14 Days

 Tour de France Djogja-Batavia Kisah Jongos Pemecah Rekor Ini cerita sangat menggemparkan tanah Hindia Belanda sampai jauh ke negeri Belanda...