Tour de France Djogja-Batavia
Kisah Jongos Pemecah Rekor
Ini cerita sangat menggemparkan tanah Hindia Belanda sampai jauh ke negeri Belanda. Koran-koran di Hindia Belanda maupun Belanda banyak mengabarkan peristiwa yang bikin heboh dunia tersebut. Bagaimana tidak, seorang remaja (jongen), menempuh perjalanan dari Djogjakarta ke Batavia selama tiga setengah hari dengan menggenjot onthel. Bahkan disebut-sebut waktu tempuh dengan onthel ini memecahkan rekor Tour de France.
Kejadian ini apakah membanggakan atau sebuah tragedi yang terbilang ironis ? Begini ceritanya, bocah lelaki bernama Kromo seorang pembantu atau jongos, dari seorang tentara berpangkat letnan yang bertugas di Djogjakarta. Pada suatu hari Kromo ingin meminjam sepeda pada majikannya untuk bepergian. Karena merasa puas dengan kinerja pembantunya sang letnan Belanda menginjinkan sepedanya dibawa Kromo. Jongos muda ini membutuhkan sepeda untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di Batavia (Jakarta). Bocah itu pun berhasil bersepeda dari Djogja ke Batavia dalam tempo tiga setengah hari. Dalam tiga setengah hari itu dikisahkan, saat dalam perjalanan ke Batavia Kromo tidak membawa bekal makanan dan uang sepersen pun. Nah, karena kepepet untuk makan akhirnya Kromo pada hari pertama menjual bagasi sepeda (boncengan), pada hari kedua, ia menjual pompa, dan di hari ketiga Kromo menjual lampu sepeda yang dikendarainya. Akhirnya, Kromo pun berhasil tiba di Batavia dengan selamat.
Saudaranya di Batavia merasa senang bertemu dengan anggota keluarganya yang sudah lama tak menjenguknya. Ia mengira bahwa perjalanan Kromo ini disertai dengan surat ijin majikannya. Setelah beristirahat, Kromo pun berencana membelikan onderdil sepeda majikannya yang telah dijualnya. Namun apa daya, Kromo tak mampu membeli onderdil sepeda sang majikan yang terbilang mahal. Akhirnya Kromo pun pulang ke Djogja dengan bersepeda lagi. Setelah menempuh perjalanan selama 14 hari Kromo tiba di Djogja dengan selamat. Tak lama kemudian Kromo ditangkap oleh polisi karena dilaporkan sang majikan.
Tuduhan pencurian sepada tak bisa didakwakan kepada Kromo, sebab ia telah meminta ijin pada pemiliknya. Namun dakwaan penggelapan sepeda dapat diterima, karena Kromo tak meminta ijin untuk menjual dan tak mampu mengganti onderdil sepeda milik majikannya. Akhirnya hakim hanya menjatuhkan sangsi pada Kromo menjadi tahanan kota. Bahkan sang hakim menghormatinya, sebagai bocah lelaki yang memiliki semangat yang luar biasa. Hakim mengatakan bila Tour de France itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan djongos muda ini. Kromo pun tak dijebloskan ke penjara. Namun, majikan Kromo tak mau menerimanya kembali untuk bekerja di rumahnya. (Gambar ilustrasi bocah bersepeda onthel koleksi basabasi.co).
Referensi
Disarikan dari Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie terbitan 9 April 1937. | Oldbike in History.