Mass Ugiwlsi di Sungai Musi
TONGKAT T / TONFA
Tonfa adalah jenis senjata tongkat berasal dari Okinawa,
berbentuk sederhana, tongkat lurus dengan pegangan tegak lurus dekat salah satu
ujungnya. Alat ini sering kita lihat tergantung pada pinggang para aparat
kepolisian yang sedang bertugas mengatur lalu-lintas, yang melakukan pengamanan
demonstrasi ataupun yang menangani kerusuhan. Perlu diketahui bahwa alat ini
sebenarnya berasal dari Okinawa zaman kuno, tongkat sederhana yang akhirnya
berkembang menjadi senjata dalam beladiri selama berabad-abad.
Sejarah[sunting | ]
Dikatakan bahwa tonfa pada awalnya adalah pegangan kayu yang terdapat pada sisi dari gilingan (millstone) atau bagian dari kekang kayu pada kuda -- yang dapat dengan mudah dilepaskan dan dipasang kembali --, dan yang kemudian dikembangkan menjadi senjata saat petani-petani Jepang dilarang menggunakan senjata tradisional mereka. Sumber lain mengatakan bahwa jenis senjata ini memiliki sejarah yang lebih menarik jauh ke belakang ke masa seni beladiri Tiongkok, dan kemudian menyebar dalam budaya Indonesia dan Filipina. Jenis senjata ini juga terlihat di Thailand sebagai Mae Sun Sawk dengan sedikit perbedaannya.
Dikatakan bahwa tonfa pada awalnya adalah pegangan kayu yang terdapat pada sisi dari gilingan (millstone) atau bagian dari kekang kayu pada kuda -- yang dapat dengan mudah dilepaskan dan dipasang kembali --, dan yang kemudian dikembangkan menjadi senjata saat petani-petani Jepang dilarang menggunakan senjata tradisional mereka. Sumber lain mengatakan bahwa jenis senjata ini memiliki sejarah yang lebih menarik jauh ke belakang ke masa seni beladiri Tiongkok, dan kemudian menyebar dalam budaya Indonesia dan Filipina. Jenis senjata ini juga terlihat di Thailand sebagai Mae Sun Sawk dengan sedikit perbedaannya.
Zaman Okinawa kuno[]
Kobujutsu adalah teknik/seni pertarungan dengan senjata dari Okinawa. Saat ini, banyak teknik yang berorientsi pertarungan nyata (combat-oriented) atau sering disebut jutsu telah banyak digantikan oleh seni/teknik bela diri (martial way), atau disebut do. Begitu juga Kobudo terbentuk dari Kobujutsu. Kebanyakan senjata-senjata tongkat yang digunakan sebagai peralatan pertanian yang sederhana: contohnya bo, yaitu tongkat yang digunakan sebagai alat bantu saat berjalan, atau untuk menggantungkan dua beban/barang bawaan dan dipanggul di pundak (Bhs Jawa : pikulan). Eku adalah dayung nelayan. Dan di mana-mana nunchaku (double stick) digunakan sebagai alat pemukul untuk merontokkan padi.
Kobujutsu adalah teknik/seni pertarungan dengan senjata dari Okinawa. Saat ini, banyak teknik yang berorientsi pertarungan nyata (combat-oriented) atau sering disebut jutsu telah banyak digantikan oleh seni/teknik bela diri (martial way), atau disebut do. Begitu juga Kobudo terbentuk dari Kobujutsu. Kebanyakan senjata-senjata tongkat yang digunakan sebagai peralatan pertanian yang sederhana: contohnya bo, yaitu tongkat yang digunakan sebagai alat bantu saat berjalan, atau untuk menggantungkan dua beban/barang bawaan dan dipanggul di pundak (Bhs Jawa : pikulan). Eku adalah dayung nelayan. Dan di mana-mana nunchaku (double stick) digunakan sebagai alat pemukul untuk merontokkan padi.
Penduduk desa atau orang kebanyakan, dilarang memiliki senjata
yang lebih maju seperti pedang atau naginata, mengubah peralatan sehari-hari
untuk pertahanan atau pembelaan diri. Teknik-teknik yang dipakai dimasukkan
dalam kata, atau dalam rangkaian gerakan khusus, yang memungkinkan praktisi
kobudo untuk melatih dan mengembangkan pengetahuannya.
Teknik satu-tonfa[]
Tonfa sering digunakan sepasang, satu pada masing-masing tangan, kanan dan kiri. Dengan menggenggam handle dan tangkai (long end) dibalik lengan bagian bawah, penggunaan tonfa dapat diterapkan dengan teknik yang sama seperti teknik tangan kosong. Pada dasarnya, tonfa akan lebih memperpanjang siku penggunanya bila menggunakan pegangan handle. Dua senjata memungkinkan pemakai secara simultan menangkis dengan satu tonfa dan memukul dengan satu tonfa yang lain; kayu keras yang kuat dan padat dapat melindungi dari sabetan pedang.
Tonfa sering digunakan sepasang, satu pada masing-masing tangan, kanan dan kiri. Dengan menggenggam handle dan tangkai (long end) dibalik lengan bagian bawah, penggunaan tonfa dapat diterapkan dengan teknik yang sama seperti teknik tangan kosong. Pada dasarnya, tonfa akan lebih memperpanjang siku penggunanya bila menggunakan pegangan handle. Dua senjata memungkinkan pemakai secara simultan menangkis dengan satu tonfa dan memukul dengan satu tonfa yang lain; kayu keras yang kuat dan padat dapat melindungi dari sabetan pedang.
Teknik-teknik penggunaan tonfa cenderung tetap dan tidak banyak
berubah sampai tahun 1971, Lon Anderson mengembangkan teknik “satu-tonfa
(single-tonfa )” untuk anggota polisi. Mungkin alasan inilah yang menyebabkan
tonfa banyak dipakai saat ini.
Pada tahun 1971, Lon Anderson menggunakan tonfa untuk kinerja
kepolisian. Pada era ini Anderson mencoba mengembangkan untuk senjata pemukul
bagi polisi, alat pentungan (billy club), tongkat malam (night stick) dan
tongkat anti-kerusuhan (riot baton), semua itu pada dasarnya masih merupakan
alat pemukul. Monadnock Corporation of New Hampshire memproduksi tongkat
Prosecutor PR-24 pertama kali pada tahun 1974.
Tongkat dengan handle (side-handle baton) yang baru ini dengan
cepat menjadi popular di kawasan Amerika Serikat (USA). Kini, tidak asing lagi
jika melihat petugas patroli berkeliling dengan tonfa di pinggang, padahal
senjata ini banyak mengundang kontroversi saat pertama kali diperkenalkan. Saat
itu seni beladiri masih merupakan hal baru bagi kebanyakan orang.
Hal yang sama terjadi di Inggris ketika petugas polisi mulai
menggunakan tongkat dengan handle tersebut. Hal ini dikarenakan senjata baru
ini masih asing dan belum teruji saat itu. Setelah seni beladiri telah menjadi
hal yang sudah biasa, menerapkan senjata tradisional untuk alat modern menjadi
lebih mudah diterima. Teknik penggunaan tongkat dengan handle (side handle
baton ) ini mempunyai banyak kesamaan dengan penggunaan tonfa tradisional,
bedanya di sini menggunakan satu tonfa, sementara tangan yang satunya digunakan
untuk perlindungan atau memperkuat tangkisan dan pukulan.
Tongkat T di Indonesiar]
Tonfa, yang di Amerika Serikat disebut dengan Side Handle Baton (Tongkat dengan Pegangan) maka di Indonesia alat ini lebih dikenal dengan istilah “Tongkat T”.
Tonfa, yang di Amerika Serikat disebut dengan Side Handle Baton (Tongkat dengan Pegangan) maka di Indonesia alat ini lebih dikenal dengan istilah “Tongkat T”.
Tonfa (Tongkat T) merupakan salah satu jenis senjata yang
dipelajari di Institut Ju-Jitsu Indonesia. Teknik penggunaan tongkat T ini
dikembangkan oleh Brigadir Jendral Polisi Drs. DPM Sitompul, SH, MH (salah
seorang guru besar Institut Ju-Jitsu Indonesia) dan dijadikan alat perlengkapan
anggota Polri pada tahun 1999. Pada bulan Maret 2003 merespon permintaan Pusat
Pendidikan Tugas Umum Polri (Pusdik Gasum), Porong-Jawa Timur, maka teknik
penggunaannya digali dan dikembangkan kembali oleh Pengurus Daerah Institut
Ju-Jitsu Indonesia Jawa Timur (Pengda IJI Jatim). Dari studi pengembangan ini
dihasilkan metode pembelajaran teknik penggunaan tongkat T, yaitu diberikan
nama-nama gerakkan dasar (teknik dasar, pukulan, tangkisan, kuncian) yang
dimaksudkan untuk memudahkan latihan dan pengembangannya.
Selanjutnya, atas permintaan Panitia Peringatan HUT POLRI (Hari
Bhayangkara) ke-57 tahun 2003, disusun rangkaian gerakan, yaitu Kata I, Kata
II, Kata III dan beberapa teknik aplikasi. Rangkaian gerakan tersebut
diperagakan pada pelaksanaan upacara peringatan Hari Bhayangkara ke-57 (1 Juli
2003 di Lapangan Terbang Pondok Cabe, Tangerang) oleh 1000 personel, yaitu 500
orang siswa Secapa Polri angkatan ke XXX (Resimen Wira Astha Brata) dan 500
orang siswa Diktukta Pusdik Brimob Watukosek angkatan tahun 2003.
Bagian–bagian tonfa[ | ]
Bagian-bagian tonfa.
Seperti yang telah kami kemukakan di bagian terdahulu bentuk tongkat T cukup sederhana. Adapun bagian-bagiannya terdiri atas handle, long end, short end dan knop. Berikut adalah penjelasan istilah-istilah tersebut:
Seperti yang telah kami kemukakan di bagian terdahulu bentuk tongkat T cukup sederhana. Adapun bagian-bagiannya terdiri atas handle, long end, short end dan knop. Berikut adalah penjelasan istilah-istilah tersebut:
handle (pegangan) adalah bagian yang tegak lurus (membentuk
sudut 90 derajat) dengan masing – masing ujung tongkat. Sesuai dengan namanya
maka fungsi utama handle adalah untuk pegangan.
long end adalah bagian batang tongkat yang panjang (diukur dari titik temu pada pangkal handle sampai ujung tongkat). Bagian ini paling banyak digunakan dalam pembelaan diri, baik untuk menangkis maupun untuk melakukan penyerangan.
short end adalah bagian batang tongkat yang pendek. Meski tidak sebanyak bagian Long End bagian ini sering juga digunakan untuk melakukan tangkisan atau serangan. Jika dibandingkan dengan Long End, bagian ini masih lebih memungkinkan digunakan untuk pegangan. Meski demikian pegangan pada handle adalah yang paling utama karena paling efektif dan efisien.
knop adalah bagian tongkat yang berbentuk agak bulat (setengah bulat /berupa benjolan) yang terletak pada ujung handle. Fungsi sebenarnya adalah untuk penahan agar pegangan tangan pada tongkat (handle) tidak mudah lepas. Walau demikian dari hasil studi pengembangan oleh I.J.I Pengda Jatim, knop dapat juga digunakan untuk melakukan penyerangan.
long end adalah bagian batang tongkat yang panjang (diukur dari titik temu pada pangkal handle sampai ujung tongkat). Bagian ini paling banyak digunakan dalam pembelaan diri, baik untuk menangkis maupun untuk melakukan penyerangan.
short end adalah bagian batang tongkat yang pendek. Meski tidak sebanyak bagian Long End bagian ini sering juga digunakan untuk melakukan tangkisan atau serangan. Jika dibandingkan dengan Long End, bagian ini masih lebih memungkinkan digunakan untuk pegangan. Meski demikian pegangan pada handle adalah yang paling utama karena paling efektif dan efisien.
knop adalah bagian tongkat yang berbentuk agak bulat (setengah bulat /berupa benjolan) yang terletak pada ujung handle. Fungsi sebenarnya adalah untuk penahan agar pegangan tangan pada tongkat (handle) tidak mudah lepas. Walau demikian dari hasil studi pengembangan oleh I.J.I Pengda Jatim, knop dapat juga digunakan untuk melakukan penyerangan.
Bahan pembuat tonfa[ | ]
Jika pada zaman Okinawa kuno bahan pembuat tonfa adalah kayu dewasa ini seringkali telah diganti dengan bahan-bahan sintetis, di antaranya adalah Polypropylen dan modifikasi dari Polycarbonat.
Jika pada zaman Okinawa kuno bahan pembuat tonfa adalah kayu dewasa ini seringkali telah diganti dengan bahan-bahan sintetis, di antaranya adalah Polypropylen dan modifikasi dari Polycarbonat.
Teknik penggunaan tonfa | ]
Salah satu seni beladiri yang memanfaatkan tonfa adalah Ju-Jitsu. Di mana dalam filosofi Ju-Jitsu segala sesuatu yang ada bisa menjadi senjata. Selanjutnya suatu senjata akan dapat digunakan untuk menyerang bukan hanya pada sisi tajamnya saja. Demikian pula suatu senjata yang berada di tangan seorang Ju-Jitsan (siswa Ju-Jitsu) akan dapat digunakan untuk menyerang dari sisi manapun bagian senjata tersebut.
Salah satu seni beladiri yang memanfaatkan tonfa adalah Ju-Jitsu. Di mana dalam filosofi Ju-Jitsu segala sesuatu yang ada bisa menjadi senjata. Selanjutnya suatu senjata akan dapat digunakan untuk menyerang bukan hanya pada sisi tajamnya saja. Demikian pula suatu senjata yang berada di tangan seorang Ju-Jitsan (siswa Ju-Jitsu) akan dapat digunakan untuk menyerang dari sisi manapun bagian senjata tersebut.
Tonfa atau Tongkat T memiliki tiga bagian penting yang dapat
dijadikan pegangan yang sekaligus ujung serangan yaitu : handle, short end dan
long end.
Teknik penggunaan tonfa dapat dibuat sangat sederhana/mudah,
karena itu memungkinkan untuk diajarkan dengan cepat untuk calon polisi baru.
Dengan memegang handle, bagian ujung yang panjang (long end) dari tangkainya
diletakkan dibalik lengan bagian bawah, pemakai tonfa dapat memperkuat
lengannya dan melakukan gerakan tangkisan atau pukulan seperti biasa.
Apabila hanya menggunakan satu tonfa, tangan yang tidak memegang
tonfa dapat digunakan untuk melindungi kepala atau untuk memperkuat pukulan,
tusukan atau sodokan.
Teknik pukulan yang lebih lanjut dengan mengendorkan genggaman
pada handle dan mengayunkan ujung panjang (long end) dari tangkai tongkat
dengan lintasan melengkung, untuk memukul sasaran pada jarak menengah. Serangan
ayunan (swing) ini dapat dikombinasikan secara berantai, tergantung pada
pukulannya dengan maju dan mundur, atau membentuk lintasan angka delapan.
Dalam hal ini teknik pegangan difokuskan pada Teknik pegangan
Handle yang merupakan pegangan utama (first-use). Karena pegangan ini mempunyai
efektifitas paling tinggi, serta mudah untuk dipelajari bagi anggota
kepolisian, dan dalam penampilannya pegangan ini bagi anggota Polri yang
bertugas di lapangan menghindarkan kesan arogansi.
Cara memegang akan sangat menentukan bentuk serangan. Bagi
aparat kepolisian dalam melaksanakan tugas di lapangan cara memegang tongkat T
tidak pada Handle-nya akan menghasilkan teknik pukulan yang hanya akan
mengarahkan aparat petugas berpenampilan arogansi.
Tonfa memang jarang ada
dalam film, tidak seperti nunchaku. Tetapi sebenarnya senjata ini jauh lebih
praktis, lebih mudah dipelajari penggunaannya dan bentuknya sederhana. Meskipun
demikian, teknik penggunaan tonfa yang lebih lanjut, lebih maju dan lebih
tinggi lagi masih merupakan tantangan bagi para praktisi beladiri yang telah
berpengalaman. Karakteristik inilah yang mendorong IJI Pengda Jatim menggali
dan mengembangkan tonfa untuk aplikasi yang lebih luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar