Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 19 Januari 2011

KEPRIBADIAN



Serpihan Ketiga – “Hulu Keindahan Tiada Terkira”
Posted on Juli 9, 2009 by budhiachmadi
Beginilah hidup saat terluka. Laksana seekor keong berjalan di rimba lebat, begitu lemah, lambat dan semua arah ke depan adalah onak-duri-belukar mengerikan dan menyakitkan terlihatnya. Bintang berkilau di gelap-gulita, fajar tersenyum di pagi buta, matahari benderang membubungkan harapan semesta, tetap saja keong merayap, meratap dan compang-camping. Perjalanan hidup yang diimpikan bahagia berkepanjangan, telah diganjar episode [...]

Filed under: Novel - Elang | 4 Komentar »

Serpihan Kedua – “Sebuah Mantra Kemiskinan”
Posted on Juni 11, 2009 by budhiachmadi
“You Can Help Other People With Your Gesture” Aku tahu banyak kelemahan dalam diriku, tapi kelemahan itulah yang membuatku yakin bahwa cerita hidupku kelak jauh lebih besar dibandingkan orang-orang yang kini lebih sempurna di sekitarku. Begitulah kira-kira keyakinan Ngalintir untuk mengalahkan tantangan yang menggunung-gunung sepanjang hidupnya. Ngalintir kecil tidaklah ceko seperti sekarang, karena ia adalah [...]

Filed under: Novel - Elang | Komentar Dimatikan

Serpihan Kesatu – “Turbulence”
Posted on Juni 11, 2009 by budhiachmadi
“Elang sejati selalu bertempur seorang diri” Akhirnya Tuhan menunjukkan sedikit rahasia alam semesta. Bukan tentang cahaya. Ini adalah impian manusia tentang airfoil bermesin yang dapat lepas-landas dari cengkeraman bumi, yang akhirnya diintepretasikan teori fluida dinamis Daniel Bernoulli, dibuktikan oleh Orville dan Wilbur Wright, sebagai akibat hembusan udara relatif dari depan – head wind. Bukan seperrti [...]

Filed under: Novel - Elang | 4 Komentar »


Nasibmu Tergantung Kharaktermu
Posted on Mei 17, 2010 by budhiachmadi
Pikirkanlah akal pikirmu
Karena itu akan menjadi ucapanmu.
Pikirkanlah ucapanmu
Karena itu akan menjadi sikapmu.
Pikirkanlah sikapmu
Karena itu akan menjadi tindakanmu.
Pikirkanlah tindakanmu
Karena itu akan menjadi kebiasaanmu.
Pikirkanlah kebiasaanmu
Karena itu akan menjadi kharaktermu.
Pikirkanlah kharaktermu
Karena itu akan menjadi nasibmu.

Filed under: Leadership Catatan Tentang Pemimpin Yang Rendah Hati-6 “Brand Equity”
Posted on Oktober 30, 2010 by budhiachmadi
Ini adalah tentang empat alinea yang merajut pemikiran Kris Moerwanto di sebuah media nasional 29 Oktober 2010, yang berjudul “Brand Equity Ala Mbah Maridjan”. Pemikiran yang saya juga pernah mengingatnya dari sebaris kalimat milik Jenderal Fogleman (salah satu Kasau paling populer dalam sejarah AU AS), berbunyi “Don’t think you must be wearing four stars on [...]

Filed under: Leadership | 2 Komentar »

Catatan Tentang Pemimpin Yang Rendah Hati-5
Posted on Oktober 12, 2010 by budhiachmadi
Banyak orang bertanya tentang kekuatan terbesar dari sebuah kepemimpinan. Analogi banyak diambil dari tokoh-tokoh dunia, mulai dari pioner legenda kepemimpinan wahyu langit “Nabi Adam AS” hingga tokoh-tokoh pemimpin di era modern. Lalu orang mengeluhkan mengapa sekian banyak institusi yang diharapkan umat manusia dari zaman ke zaman, untuk mampu menjadi bedrock of leadership, masih terus gagal [...]

Filed under: Leadership | Leave a Comment »

Catatan Tentang Pemimpin Yang Rendah Hati-4
Posted on Juli 26, 2010 by budhiachmadi
Dalam dunia yang semakin sempit. Setiap individu akan berusaha untuk masuk ke dalam centre of gravity, ingin masuk menjadi bagian yang lebih penting, ingin masuk dalam inner circle kekuasaan, maka makna sempit tidak bermakna alam semesta yang mengecil ukurannya, namun cita-cita dan keinginan manusia yang membuatnya semuanya menjadi berdesak-desakkan dan kehadiran orang lain yang bahkan [...]

Filed under: Leadership | 2 Komentar »

Catatan Tentang Pemimpin Yang Rendah Hati – 3
Posted on Juli 22, 2010 by budhiachmadi
Sore ini, ada sebuah pembelajaran kepemimpinan yang secara kebetulan terselip dalam sebuah buku berjudul “Ayahku Maroeto Nitimihardjo”. “Pahlawan” menurutnya terdiri dari dua jenis, yaitu “pahlawan dikenal dan pahlawan tak dikenal” dan sebenarnya yang betul-betul memiliki harga yang jauh lebih mulia adalah mereka yang termasuk pahlawan tak dikenal. Maroeto menyebutkan nama Yusuf Kunto, yaitu seorang pemuda [...]

Filed under: Leadership | Leave a Comment »

Catatan Tentang Pemimpin Yang Rendah Hati – 2
Posted on Juli 22, 2010 by budhiachmadi
Kharakter kepemimpinan adalah sebuah degenerasi dari suatu keadaan yang berulang-ulang. Kita akan memulai catatan ini dari sebuah ketika seseorang yang nantinya kita asumsikan sebagai calon pemimpin. Anak ini terlahir dari sebuah keluarga yang tersisih dan miskin, maka para orangtua biasanya mensimplifikasi permasalahan masa depan anak cemerlangnya itu, semata pada konsepsi fisik yang manusiawi – kaya, [...]

Filed under: Leadership | 1 Komentar »

Catatan Tentang Pemimpin Yang Rendah Hati – 1
Posted on Juni 3, 2010 by budhiachmadi
Mungkin sudah agak terlambat, namun sungguh teramat sayang bila pengalaman beberapa menit pertemuan dan beberapa pesan pendek ini tidak saya abadikan menjadi perenungan – termasuk untuk saya sendiri tentunya – tentang kekuatan “rendah hati”. Hari itu, pagi tanggal 8 April 2010. Dalam suatu acara di Jakarta, tiba-tiba muncul sosok flamboyan dan ia adalah salah satu [...]

Filed under: Leadership | 7 Komentar »

DARI MAOSPATI KAMI BERBAKTI DEMI NEGERI




Dog Fight Di Atas Wilayah Udara Maospati
Posted on September 5, 2009 by budhiachmadi
Pada akhir tahun 1920 sampai awal tahun 1930, saat bangsa kita masih berada pada era “gerobak sapi”, pesawat tempur sudah mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas. Bila pada masa akhir PD I, kegiatan difokuskan pada reorganisasi dan pengkajian petunjuk operasi. Maka pada masa ini, Angkatan Udara benar-benar telah memetik kemajuan yang mengagumkan. Bagi penerbang tempur sendiri kemajuan paling penting yang dirasakan pada saat itu adalah penemuan sistem komunikasi radio. Untuk pertama kali, para penerbang bisa berkomunikasi antar pesawat dan menerima instruksi dari bawah.

Bila pada saat ini sistem komunikasi radio merupakan kebutuhan pokok dan dijamin dengan kualitas yang tinggi. Maka pada masa awal kelahiran itu tidaklah demikian. Radio sering mengalami distorsi. Sehingga penerbang harus mencari cara untuk mengatasi permasalahan ini dengan latihan yang baik. Karena kualitas radio yang jelek ini pula, maka para penerbang menciptakan istilah-istilah yang diseragamkan dan mudah dipahami oleh semua para penerbang. Istilah-istilah tersebut nantinya dipakai hingga saat ini, seperti istilah bandit untuk pesawat musuh, bogey untuk pesawat asing yang belum teridentifikasi musuh/bukan, tally ho yang berarti melihat musuh, dan sebagainya. Dalam operasi udara, radio menempati peran utama. Dalam operasi patroli udara, maka informasi posisi musuh, perintah penyergapan, penembakan, bahkan kontrol pertempuran udara dari pangkalan induk, menggunakan sarana komunikasi radio.

Kemajuan Angkatan Udara juga didukung oleh peningkatan kemampuan mesin pesawat, baik daya dorong ataupun batas ketinggian terbangnya. Pesawat terbang mulai didesain dengan kualitas tinggi, yaitu tipe monoplane dengan drag yang rendah, roda yang bisa dilipat kedalam, dan cockpit tertutup. Kemampuan senjata juga ditingkatkan, hingga memiliki jarak jangkau dan daya ledak yang lebih besar. Kemajuan yang dialami oleh Angkatan Udara ini didorong juga oleh susanan ketegangan yang kian memanas di pertengahan tahun 1930-an. Pertentangan ideologi Fascisme dan komunis telah menyulut bara perang di Eropa.

Masalah paling penting kegiatan pertahanan udara adalah minimnya peralatan untuk pengawasan wilayah udara. Informasi akan datangnya serangan biasanya hanya diperoleh dari pasukan pertahanan pantai yang menggunakan penjejak suara (sound tracker) berkualitas buruk. Padahal pesawat tempur harus mengudara dalam waktu 20 sampai 25 menit sebelumnya untuk menyergap bomber musuh yang ada pada ketinggian 6.000 meter. Maka kemajuan tehnologi yang juga sangat mendukung pengembangan Angkatan Udara adalah adanya radar peringatan dini. Namun demikian, kualitas radar ini masih jauh dari sempurna. Radar hanya bisa menginformasikan bahwa ada pesawat musuh yang datang mengancam. Informasi tentang ketinggian dan jumlah masih belum memungkinkan. Crew radar hanya bisa menebak arah dan kecepatan, itupun setelah mendapatkan latihan yang baik.

Dalam perkembangan taktik pertempuran udara, ada beberapa rumusan menarik yang baru diperkenalkan dalam masa ini. Salah satunya terdapat dalam Air Fighting Tactics Training Manual milik British RAF yang berbunyi, “Manuver dengan kecepatan tinggi dalam pertempuran udara tidak efektif lagi untuk digunakan sekarang. Sebab efek dari gaya gravitasi selama perubahan arah yang cepat/manuver pada kecepatan tinggi akan mengakibatkan hilangnya kesadaran penerbang”. Para penerbang ternyata sudah mengenal G Loc, yaitu hilangnya kesadaran penerbang saat melakukan manuver akibat pengaruh gaya gravitasi bumi. Tidak saja bagi penerbang, G besar juga bisa membetot badan pesawat sampai terlepas satu persatu. Dalam bermanuver, teori ini masih digunakan sampai sekarang, namun yang menjadi faktor penghambat bukan pada kemampuan penerbangnya saja (efek gaya gravitasi sudah bisa diatasi dengan adanya G suit dan teknik pernafasan Anti G Straining Maneuver). Namun dengan sebuah pengetahuan baru tentang adanya corner velocity. Yaitu sebuah kecepatan dimana pesawat mampu bergerak dalam radius turn minimum dan rate of turn maksimum. Pada kondisi inilah pesawat tempur akan sangat efektif melaksanakan setiap manuver pertempuran udara.

Menuju Maospati

Kapan bangsa kita mulai mengenal pesawat terbang ? Yang jelas, tranfer teknologi terjadi saat penjajahan Belanda. Embrio Angkatan Udara Belanda bernama Proefvliegavdeling (PVA) berdiri pada tanggal 21 Juli 1918. Namun demikian, PVA sudah mendirikan sebuah escadrille (skadron) di Soekamiskin pada bulan Agustus 1921 dengan kekuatan 6 pesawat. Ini adalah skadron pesawat pertama yang pernah ada di Indonesia. Jenis pesawat yang digunakan adalah De Havilland dan Fokker D-VII. Komandannya adalah Kapten Stom. Pada tanggal 31 Maret 1939, Angkatan Udara Belanda berdiri, bernama Militaire Luchtvaar. Namun demikian pada tanggal 1 September 1939, Jerman menginvasi Polandia menandai dimulainya PD II. Belanda dilanda ketakutan perang. Tidak hanya di negaranya sendiri, karena Jepang juga semakin mengancam di Indonesia. Maka Belanda pun mulai mengadakan pembangunan pangkalan-pangkalan udara.

Maospati sendiri tentunya menjadi tempat paling beruntung bila kita menghubungkannya dengan dunia kedirgantaraan. Andaikan Belanda tidak membangun sebuah pangkalan, maka Maospati hanyalah sebuah kecamatan kecil di perbatasan Magetan dan Madiun. Tanpa adanya pangkalan, para sesepuh mungkin hanya akan membanggakan Legenda Tuan Belling, seorang petinggi Pabrik Gula Belanda yang kejam namun akhirnya tewas dijebak dan dikeroyok rakyat Maospati di tengah perkebunan. Pangkalan Maospati telah memberikan nuansa yang lain. Legenda Tuan Belling masih kalah seru dengan legenda-legenda yang terjadi di Pangkalan Maospati.

Pembangunan landasan di Pangkalan Udara Maospati dilakukan oleh Departemen Van Oorlog Hindia Belanda dengan ukuran 1586 x 53 meter. Setelah pembangunan selesai pada akhir Mei 1940 Pangkalan Udara Maospati mulai dibuka dan ditempatkan satu skadron tempur dengan kekuatan pesawat Curtiss 75A-7 Hawk pada 1 Pebruari1941. Akhir tahun. Dua skadron tempur diaktifkan dengan kekuatan pesawat Curtiss Wright 21B Interceptor. Pangkalan ini menjadi pangkalan utama sekutu di Jawa.

Pada tanggal 1 Desember 1941, diadakan mobilisasi perang untuk menghadapi serbuan Jepang. Kekuatan yang ada di Maospati adalah 13 Curtiss 75A-7 Hawk, 17 Curtiss Wright 21B Interceptor, dan 6 Brewster 339 Buffalo. Dan serbuan Jepang atas Maospati yang dilaksanakan tanggal 3 Pebruari 1942 memang begitu dahsyat. Serangan tersebut bernama Operasi Z. Serangan dimulai dari Manggar, Balikpapan (Kainan Kokutai) dan Kendari (Kanoya Kokutai). Serangan ini berkekuatan 17 pesawat Mitsubishi A6M2 Zeke dan 1 Mitsubishi C5M2 Babs dari Tainan Kokutai, serta 27 Mitsubishi G4M1 Betty dari Kanoya Kokutai. Semua pesawat tersebut dibawah komando AL Jepang. Kekuatan AU Belanda di Maospati adalah 12 Curtiss 75A-7 Hawk, 7 Curtiss Wright 21B Interceptor, 8 Glenn Martin 139 WH-1/2/3A, 1 Ryan STM-2, 1 Fokker C-X, 3 B-17E/ 7 dan 19 BGp USAAF. Sedemikian hebatnya kekuatan Jepang, hingga dalam pertempuran t ersebut tidak satupun korban jatuh di pihak Jepang. Pada tanggal 2 Maret 1942, semua kekuatan ML terusir dari Maospati. Yang patut dicatat dalam sejarah bahwa Operasi Z adalah pertempuran udara yang pertama kali terjadi Maospati. Pertempuran-pertempuran yang terjadi di sekitar perjuangan kemerdekaan lihat tabel.

Sejak kepergian pesawat-pesawat ML dari Maospati, maka tidak terdengar lagi adanya pesawat tempur disana. Jepang hanya menjadikan Pangkalan Udara Maospati sebagai bengkel mesin pesawat. Ini berlanjut pada masa pasca kemerdekaan. Pangkalan Maospati tidak seperti pangkalan lain yang mendapatkan banyak pesawat bekas Jepang. Deru pesawat hanya terdengan bila ada pesawat-pesawat dari pangkalan lain yang singgah. Maospati bukan lagi pangkalan utama seperti pada masa pendudukan Belanda. Landasan yang ada masih menyisakan bekas bom-bom yang dijatuhkan saat Operasi Z. Maospati menjadi kota mati kembali.

Detail Pertempuran Udara Di Maospati Dari Operasi Z sampai Agresi Belanda II

Tgl.
Peristiwa
Keterangan

3 Peb ‘42
Serangan udara Jepang pertama atas Maospati bernama Operasi Z. Serangan dimulai dari Manggar, Balikpapan (Tainan Kokutai) dan Kendari (Kanoya Kokutai).

Kekuatan Pesawat Belanda di Maospati :

8 pesawat Curtiss 75A-7 Hawk, dari satuan 1-VIG IV.

4 pesawat Curtiss 75A-7 Hawk, yang berada di pusat pemeliharaan Technische Dienst (TD).

7 pesawat Curtiss Wright 21B Interceptor, sedang masa perawatan di TD. Berasal dari satuan 2-VIG IV.

8 pesawat Glenn Martin 139 WH-1/2/3A, 1-VIG II

1 pesawat Ryan STM-2

1 pesawat Fokker C-X

3x B-17E, B-7, dan 19 pesawat BGp USAAF



Pesawat Korban Selama Operasi Z :

Curtiss 75A-7 Hawk, satuan 1-VIG-IV











Curtiss 75A-7 Hawk, satuan 1-VIG-IV











Curtiss 75A-7 Hawk seri C 323, satuan 1-VIG-IV













Curtiss 75A-7 Hawk seri 325, satuan 1-VIG-IV







Curtiss 75A-7 Hawk seri 335, satuan 1-VIG-IV







Curtiss Wright 21B Interceptor, satuan 2-VIG-IV









3 pesawat B-17E, 7, atau 19 BGp USAAF, sedang dirawat di Maospati



Kerugian pangkalan selain hilangnya pesawat adalah hanggar satuan 1-VIG IV yang hancur dibom. Gedung utama dan pusat radio juga hancur. Beberapa kampung di Maospati juga menderita serangan bom yang mengakibatkan lebih dari 170 rakyat terluka.


Diserbu dengan kekuatan 17 pesawat Mitsubishi A6M2 Zeke dan Mitsubishi C5M2 Babs dari Tainan Kokutai dan 27 Mitsubishi G4M1 Betty dari Kanoya Kokutai. Semua unit di bawah komando AL Jepang. Tidak ada korban dari pihak Jepang.



Satuan 2-VIG-IV berada di Perak, Surabaya.













Saat terbang kembali ke pangkalan dalam keadaan mesin rusak. Ditembak oleh sebuah pesawat A6M2 Zeke setelah mendarat di Maospati. Pesawat terbakar. Penerbangnya adalah Sgt. VI H.J. Mulder selamat.

Saat terbang kembali ke pangkalan dalam keadaan mesin rusak. Ditembak oleh sebuah pesawat A6M2 Zeke setelah mendarat di Maospati. Pesawat terbakar. Penerbangnya adalah Sgt. VI A. Kok selamat.

Ditembak oleh pesawat A6M2 Zeke di dekat Madiun. Penerbangnya adalah komandan satuan 1-VIG-IV, Kpt. VI. Wnr. M.W. Van Der Poel berhasil bail out dari pesawat namun jatuh di sungai. Mayatnya baru ditemukan tanggal 10 Pebruari.

Ditembak oleh pesawat A6M2 Zeke di dekat Surabaya. Penerbangnya Vdg. VI. Wnr. Jhr. F. J. Van Der Does de la Bije tewas.

Ditembak pesawat A6M2 Zeke di atas Surabaya. Penerbangnya Vdg. VI. Wnr. H. G. G. Droge berhasil bail out dari pesawat.

Ditembak oleh pesawat A6M2 Zeke saat mengadakan pebdaratan darurat di Maospati. Penerbangnya Sgt. VI. O. B. Roumimper berhasil melepaskan diri dari pesawat yang terbakar.

Hancur saat serangan.

5 Peb ‘42
Sebuah pesawat Curtiss 75A-7 dari satuan 1-VIH IV seri 332 jatuh. Mengadakan pendaratan darurat setelah bertempur dengan A6M2 Zeke dari Kokutai 3 di atas Surabaya. Pesawat hancur dan penerbangnya Sgt. VI R.M.H Hermans selamat.
15 Peb ‘42
Sebuah pesawat P-40E dari 17 Pursuit Squadron USAAF jatuh. Melaksanakan pendaratan darurat yang gagal di Maospati, saat melaksanakan terbang dari Ngoro ke Tjililitan lewat Maospati.
16 Peb ‘42
Belanda mengadakan serangan gabungan atas kapal perang Jepang, oleh detasemen grup bomber 7 dan 19, yang menggunakan 3 pesawat B-17 Mengakibatkan kerusakan kecil
18 Peb ‘42
Jepang menyerang Maospati kembali. Menimbulkan kerusakan pada 3 pesawat B-17, 7 dan 19 BGp USAAF Diserang oleh 15 pesawat Mitsubishi A6M2 Zeke dan sebuah Mitsubishi C5M2 Babs dari Tainan Kokutai dan Kokutai 3.
21 Peb ‘42
Jepang menyerang Maospati. Beberapa Curtiss Wright 21B Interceptor, dari satuan 2-VIG IV yang berada di TD hancur. Terkena serangan senapan mesin pesawat saat melaksanakan tes mesin di pangkalan. Diserbu oleh 13 pesawat Mitsubishi A6M2 Zeke dari Tainan Kokutai dan Kokutai 3.
24 Peb ‘42
Mengadakan penyerangan atas kapal perang Jepang di dekat Makassar. Dilaksanakan oleh detasemen grup bomber 7 dan 19 USAAF dengan kekuatan 6 pesawat B-17E. Kapal perang Jepang hanya rusak ringan
26 Peb ‘42
Penyerangan atas kapal perang Jepang di dekat Bawean oleh detasemen grup bomebr 7 USAAF, dengan kekuatan 2 pesawat B-17E. Tidak ada kerusakan di pihak Jepang.
28 Peb ‘42
Mengadakan penyerangan atas kapal perang Jepang di Laut Utara Jawa. Penyerangan oleh 3 pesawat B-17E USAAF terhadap kapal perang Jepang di Laut Utara jawa. Berangkat dari Maospati pukul 06.40.

Penyerangan oleh 4 pesawat B-17E USAAF terhadap kapal perang Jepang di Laut Utara jawa. Berangkat dari Maospati pada malam hari.









Sq. 36 RAF (AU Inggris), pada hari ini juga digeser ke Maospati untuk membantu pesawat-pesawat ML. Mengadakan serangan dengan 9 pesawat Vildebeest pada kapal-kapal perang jepang di utara Rembang dan di sekitar Kragan. Berangakat dari Maospati pada malam hari dan menyerang pada pagi hari tgl. 29 Pebruari. (Hasil penyerangan ini lihat bawah)


Kerusakan kecil pada kapal perang Jepang.

Tembakan near miss pada kapal perang Tokushima-Maru, sehingga kapal masih bisa menepi. Tembakan pada kapal perang Johore-Maru tepat sasaran, 150 prajurit Jepang tewas. Dan menimbulkan kerusakan kecil pada beberapa kapal lain.

29 Peb’ 42
2 pesawat Vildebeest dari Sq. 36 RAF, tertembak saat sedang menyerang kapal perang Jepang di sekitar Kragan. Komandan Skadron, J. T. Wilkins dan 2 orang kru tewas. Sq. 36 akhirnya ditarik ke Tjikampek.Sebuah serangan dilaksanakan oleh sebuah pesawat B-17E USAAF terhadap kapal perang Jepang di sekitar Kragan. Berangkat dari Maospati pukul 09.00





Tidak ada kerusakan di pihak Jepang.

1 Mar ‘42
Evakuasi dan hancurnya kekuatan di Pangkalan Udara Maospati.2 pesawat Curtiss Wright 21B Interceptor dari satuan 2-VIG IV yang dirawat di TD hancur.

Hawker Hurricane IIB dari satuan 2- VIG IV







Brewster 339 Buffalo, 1-VIG-V



B-17E, 7 atau 19 BGp USAAF


Dihancurkan oleh personel ML-KNIL sebelum meninggalkan Maospati.

Rusak saat dipakai menyerang kapal perang Jepang, lalu dihancurkan oleh personel ML-KNIL sebelum meninggalkan Maospati.

Dihancurkan oleh personel ML-KNIL sebelum meninggalkan Maospati.

Dihancurkan oleh personel Amerika sebelum meninggalkan Maospati.

2 Mar ‘42
Personel ML terakhir yang meninggalkan Maospati menuju Tasikmalaya.
21 Jul ‘47
Serangan pertama ML atas Maospati dalam rangka Agresi Belanda I, dilaksanakan oleh pesawat P-40 Sq. 120. Operasi ini dinamakan Operasi Pelikaan.
22 Jul ‘47
P-40 Sq. 120 menyerang Maospati. Menghancurkan 5 pesawat yang ada di pangkalan.
25 Jul ‘47
P-40 Sq. 120 menyerang Maospati.
4 Agus ‘47
P-40 Sq. 120 menyerang Maospati. Menghancurkan sebuah pesawat di hanggar.
19 Des ‘48
Serangan pertama ML dalam rangkan Agresi Belanda II. Operasi ini dinamakan Operasi Zuiderkruis Berhasil menghancurkan pesawat Kawasaki tipe 99 Ki. 48 Lily di pangkalan.
23 Des ‘48
Pesawat P-51 D/K dari Sq. 121 ML tertembak jatuh di lereng Gunung Lawu. Penerbangnya Kpt. F. Strumpff killed
24 Des ‘48
Semua bangunan dihancurkan oleh para pejuang.
25 Des ‘48
Pangkalan dikuasai oleh ML.
7 Mei ‘49
Perjanjian Roem Royen
2 Jul ‘49
Pangkalan Udara Maospati kembali ke AURI
27 Des ‘49
Pengakuan Kedaulatan atas Indonesia
27 Jun ‘50
Markas ML-KNIL diserahkan ke AURI
Filed under: Dog Fight - Pertempuran Udara

« Dog Fight – Rumus Dasar Pertempuran Udara Kisah Ditemukannya Ejection Seat »

BUAH CIPLUKAN UNTUK KESEHATAN



Berbagai Manfaat Ciplukan
Oleh Sri Budhi Utami (16 Februari 2010)

1. Nama Tanaman

Nama ilmiah: Physalis angulata L. Nama lokal: Morel berry (Inggris), Ciplukan (Indonesia), Ceplukan (Jawa), Cecendet (Sunda), Yor-yoran (Madura), Lapinonat (Seram), Angket, Kepok-kepokan, Keceplokan (Bali), Dedes (Sasak), Leletokan (Minahasa).

2. Klasifikasi
Klasifikasi Physalis angulata L dalam sistematika tumbuhan menurut adalah:
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledonnae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Marga: Physalis
Spesies: Physalis angulata L

3. Deskripsi Tanaman
Physalis angulata L adalah tumbuhan herba annual (tahunan) dengan tinggi 0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi tajam, berusuk, berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau boleh dikatakan gundul. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm. Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal biji. Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah.

4. Habitat, Penyebaran, dan Budidaya
Ciplukan adalah tumbuhan asli Amerika yang kini telah tersebar secara luas di daerah tropis di dunia. Di Jawa tumbuh secara liar di kebun, tegalan, tepi jalan, kebun, semak, hutan ringan, dan tepi hutan. Ciplukan biasa tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 1-1550 m dpl. Kultur tunas dapat tumbuh baik pada media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh BA dan IAA. Kadar dan perbandingan zat pengatur tumbuh untuk regenerasi kultur tunas agar diperoleh planttet adalah sebesar BA 3-4 ppm dan IAA 0,1 ppm.

5. Penggunaan di Masyarakat
Akar tumbuhan ciplukan pada umumnya digunakan sebagai obat cacing dan penurun demam. Daunnya digunakan untuk penyembuhan patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Buah ciplukan sendiri sering dimakan untuk mengobati epilepsi, tidak dapat kencing, dan penyakit kuning.

6. Kandungan Kimia
Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ciplukan antara lain saponin, flavonoid, polifenol, dan fisalin. Komposisi detail pada beberapa bagian tanaman, antara lain: herba (Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F, Withangulatin A), biji (12-25% protein, 15-40% minyak lemak dengan komponen utama asam palmitat dan asam stearat), akar (alkaloid), daun glikosida (flavonoid/luteolin), tunas (flavonoid dan saponin).

7. Perkembangan Penelitian
Sejak lama, ciplukan sebenarnya telah diteliti oleh para ahli dari berbagai negara. Penelitian tersebut biasanya terfokus pada aktivitas yang dimiliki oleh ciplukan. Dari penelitian yang telah dilakukan, baik secara invitro maupun invivo, didapatkan informasi bahwa ciplukan memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, dan sitotoksik.

Baedowi [1998] telah melakukan penelitian terhadap ciplukan secara invivo pada mencit. Dari penelitiannya tersebut, didapatkan informasi bahwa ekstrak daun ciplukan dengan dosis 28,5 mL/kg BB dapat memengaruhi sel β insulin pankreas. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antihiperglikemi dari ciplukan.
Januario et al. (2000) telah menguji aktivitas antimikroba ekstrak murni herba ciplukan fraksi A1-29-12 yang terdiri dari fisalin B, D, dan F menunjukkan KHM (Kadar Hambat Minimum) dalam g.mL-1. Fisalin m menghambat mycobacterium tubercolosis H37Rv sebesar 32 B dan D murni menunjukkan nilai KHM dalam menghambat mycobacterium tubercolosis H37Rv masing-masing sebesar >g.mL-1 dan 32m128 g.mL-1. Diduga fisalin D berperan penting pada aktivitas antimikroba m yang ditunjukkan.

8. Beberapa Manfaat Ciplukan

a. Diabetes Mellitus. Bahan: tumbuhan ciplukan yang sudah berbuah dicabut beserta akar-akarnya dan dibersihkan. Cara membuat: dilayukan dan direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring. Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari.

b. Sakit paru-paru. Bahan: tumbuhan ciplukan lengkap (akar, batang, daun, bunga dan buahnya). Cara membuat: direbus dengan 3-5 gelas air sampai mendidih dan disaring. Cara menggunakan: diminum 3 kali sehari 1 gelas.

c. Ayan. Bahan: 8-10 butir buah ciplukan yang sudah dimasak. Cara menggunakan: dimakan setiap hari secara rutin.

d. Borok. Bahan: 1 genggam daun ciplukan ditambah 2 sendok air kapur sirih. Cara membuat: ditumbuk sampai halus. Cara menggunakan: ditempelkan pada bagian yang sakit.

Sumber: http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com, http://www.iptek.net.id

Kategori: Buatan Pointer
Topik: Hidup Sehat

TELAGA SARANGAN INDONESIA




Telaga Sarangan, Wisata Mempesona di Kaki Gunung Lawu
Oleh Anida Etikawati (3 Januari 2011)

Hasil ekspedisi ke Telaga Sarangan, 1 Januari 2011.

Telaga Sarangan terletak di kaki Gunung Lawu, Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, sekitar 20 km dari pusat kota Magetan, Jawa Timur. Tempatnya sejuk, cenderung dingin dan berkabut. Nama lain dari telaga ini adalah Telaga Pasir. Hal ini berkaitan dengan cerita asal mula Telaga Sarangan. Konon, dahulu hidup sepasang suami-istri bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Mereka hidup di kaki Gunung Lawu. Pada suatu hari, Kyai Pasir menemukan sebutir telur di bawah pohon yang akan ditebangnya. Telur itu kemudian dibawa pulang, dan dimasak oleh istrinya. Setelah matang, separuh telur dimakan oleh Kyai Pasir, dan separuhnya dimakan oleh Nyai Pasir. Setelah memakannya, Kyai Pasir menuju ke ladang untuk bertanam. Namun dalam perjalanan ke ladang, tubuhnya terasa panas, kaku, dan sakit. Akhirnya Kyai Pasir rebah dan berguling-guling di tanah. Tiba-tiba wujudnya berubah menjadi ular naga yang besar. Hal ini juga dialami oleh Nyai Pasir. Kedua naga itu akhirnya tetap berguling-guling, menyebabkan cekungan di tanah. Cekungan itu semakin lama semakin dalam, dan tiba-tiba tersembur air yang cukup besar di dalamnya. Dalam sekejap, cekungan itu sudah dipenuhi air, dan berubah menjadi telaga. Telaga inilah yang dikenal dengan Telaga Pasir atau Telaga Sarangan. Setahun sekali, pada hari Jumat Pon bulan Ruwah, di telaga ini diadakan acara Larung Tumpeng. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat desa. Dalam upacara ritual ini, warga melarung persembahan atau sesaji ke tengah telaga. Selain telaga, Anda juga bisa menikmati obyek wisata air terjun Tirtosari di Telaga Sarangan.

Di sepanjang jalan dari pusat kota Magetan menuju Telaga Sarangan, Anda akan disuguhi pemandangan yang indah. Di kanan-kiri jalan terlihat hamparan sawah dan ladang penduduk. Jalannya berkelok-kelok dan naik. Namun Anda tak perlu khawatir, karena keadaan jalannya cukup baik, tidak rusak dan bergelombang. Tapi Anda juga harus tetap berhati-hati, karena terkadang ada kendaraan yang tidak kuat naik, sehingga mogok di tengah jalan. Sebelum tiba di Telaga Sarangan, Anda akan melewati Telaga Wurung. Telaga Wurung ini adalah tempat bagi mereka yang gemar memancing ikan. “Wurung” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya “batal”. Konon, jika sepasang kekasih melewati jalan ini, maka diyakini jalinan cintanya akan berakhir (wurung menikah).



Tiba di Telaga Sarangan, Anda akan dikenai tiket masuk sebesar Rp 4.000 untuk dewasa, dan Rp 3.000 untuk anak-anak. Cukup murah mengingat di sini ada 2 obyek wisata sekaligus, telaga dan air terjun. Meski tidak begitu luas, namun di tengah telaga terdapat pulau kecil. Entah apa yang ada di dalamnya, yang jelas pulau tersebut tidak dibuka untuk wisatawan. Di sebelah barat telaga, terdapat hutan pinus yang banyak dihuni oleh kera liar. Jika sepi, kera-kera banyak yang turun ke jalan. Di telaga ini ada beberapa pilihan yang dapat Anda nikmati. Untuk wisata air, Anda dapat naik perahu boat mengelilingi telaga. Anda dapat menikmati indahnya telaga dan merasakan segarnya air telaga. Paket yang ditawarkan ada 2 macam, 1 kali putaran dengan biaya Rp 40.000 atau 3 kali putaran dengan biaya Rp 100.000. 1 perahu boat dapat dinaiki 4-5 orang dewasa. Untuk wisata darat, Anda dapat naik kuda mengelilingi telaga. Satu kali putaran Anda akan dikenai biaya Rp 40.000. Jika Anda hobi berolahraga, Anda bisa berjalan kaki mengelilingi Telaga Sarangan dengan keliling sekitar 1,5 km. Di sepanjang jalan, Anda dapat menikmati keindahan panorama alam Gunung Lawu. Jika Anda belum lelah berjalan, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke air terjun Tirtosari. Anda tidak perlu khawatir, karena jalan menuju air terjun Tirtosari ini relatif mudah dilewati. Pintu masuknya terdapat di sebelah barat telaga, ditandai dengan patung pesawat di bagian depannya. Perjalanan menuju air terjun Tirtosari ini berjarak sekitar 2,5 km. Jika Anda lelah, perjalanan awal sejauh 1,5 km dapat Anda lalui dengan naik kuda, namun 1 km berikutnya perjalanan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Di sepanjang jalan Anda akan disuguhi pemandangan indah kebun sayur penduduk.

Lelah berjalan, Anda bisa menikmati kuliner di Telaga Sarangan. Yang paling terkenal adalah Sate Kelinci. Anda tidak usah bingung di mana mencarinya, karena di sepanjang telaga banyak penjual Sate Kelinci yang siap melayani Anda. Data dari Dinas Pariwisata Magetan mencatat, sedikitnya terdapat 140 pedagang sate kelinci yang berjualan di sekitar kawasan Telaga Sarangan. Satu porsi Sate Kelinci berisi 10 tusuk sate dan lontong dijual dengan harga Rp 10.000. Sate kelinci memiliki tekstur daging yang berserat halus dan warna sedikit pucat, sehingga rasanya lebih lembut dan gurih saat dikunyah. Dengan beralaskan tikar menghadap ke telaga, Sate Kelinci terasa bertambah nikmat. Selain Sate Kelinci, banyak pedagang keliling yang menawarkan kacang rebus, jagung rebus, keripik, dll.

Di pinggir telaga, banyak pedagang tanda mata yang berjualan. Mulai dari kaos bertuliskan Telaga Sarangan, sampai kerajinan anyaman juga disediakan. Di sisi lain terdapat pedagang sayur dan buah-buahan segar. Untuk masalah penginapan, Anda tidak perlu khawatir. Di pinggir telaga, banyak hotel yang ditawarkan, mulai dari hotel melati, sampai hotel berbintang.

Jika Anda ingin menikmati obyek wisata Telaga Sarangan, sebaiknya jangan berkunjung pada musim liburan. Dengan banyaknya pengunjung, Anda tidak akan dapat leluasa menikmati keindahan alamnya. Ini saya alami sendiri ketika hari Sabtu, 1 Januari 2011 kemarin berkunjung ke sana. Untuk berjalan mengelilingi telaga saya harus berdesakan dengan pengunjung lain. Belum lagi harus berkali-kali berhenti karena banyak kuda yang berlalu-lalang. Selain itu, jalan menuju Telaga Sarangan biasanya macet, karena jalan tersebut juga merupakan jalan alternatif ke kota Solo.

Kategori: Buatan Pointer, Jelajah Budaya
Topik:

SENI DAN BUDAYA ASLI INDONESIA




REOG PONOROGO dan WAROK
Indotoplist.com : Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu bukti budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Sejarah Reog Ponorogo

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.


Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya.

Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya.

Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya.


Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.


Warok

Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.

Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya.

Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).


Syarat menjadi Warok

Warok harus menjalankan laku. “Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan. Persyaratan lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok.

Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.


Gemblakan

Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan.Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak.

Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi.Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.

Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya. Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.

Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak sulit ditemui. Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.


Reog di masa sekarang

Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol.

Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.

Sumber : exploremyindonesia.blogspot.com, wisata-kami.blogspot.com, Foto: ariesaksono.wordpress.com

SEDAP MALAM




Metoda Pengairan Tanaman Jagung

  PENGELOLAAN AIR DALAM BUDIDAYA JAGUNG Dipublikasikan oleh:  Citra ,  Pada 06 November 2023 ,  Dalam kategori:  Artikel PENGELOLAAN AIR DAL...