Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 17 Januari 2011

MAGETAN LAGI BERSOLEK

2/10/09Mutiara Lawu Nan Lagi Bersolek

Secara administratif, Magetan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah di sebelah barat, Kabupaten Ngawi di sebelah Utara, Kabupaten Madiun di sebelah Timur dan Kabupaten Ponorogo di sebelah selatan dengan luas wilayah 662,70 Km 2.
Pariwisata
Selama satu dekade terakhir sektor ini menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Telaga Sarangan adalah penyumbang pendapatan terbesar dari sektor ini. Setiap tahunnya tidak kurang dari setengah juta wisatawan domestik maupun mancanegara berduyun-duyun datang ke telaga legendaris yang sudah dikenal sejak zaman kolonial.
Memang tidak bisa dipungkiri, selain fasilitasnya yang cukup representatif, letak strategis, serta sarana dan prasarana memadai, telaga ini juga menawarkan wisata minat khusus yang yaitu wisata Puncak Lawu yang berketinggian 3.625 m dari permukaan air laut. Jika anda berminat menguji nyali dan menambah pengalaman spiritual Puncak Lawu adalah tempat yang amat cocok. Tempat ini pada masa lalu adalah bekas pelarian Prabu Brawijaya V yang melarikan diri dari serangan Demak yang sudah terkalahkan oleh pengaruh Islam. Sampai sekarang pun peninggalan Prabu Brawijaya atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Lawu ini masih berdiri dengan tegak yang diantaranya adalah Argo Dumilah, Guo Segolo-golo, Lumbung Selayur, Pasar Diyeng, dst.
angka kunjungan ke wilayah Puncak Lawu ini selalu melonjak di bulan Syuro tepatnya pada malam 1 Muharram dimana para pengikut atau orang yang percaya akan kekuatan magis berdatangan untuk meminta berkah secara langsung kepada si penguasa Lawu ini.
Selain fasilitas akomodasi hotel, vila dan bungalow, Telaga Sarangan juga melengkapi diri dengan berkembangnya persewaan perahu air, kuda wisata, pasar wisata serta area parkir yang luas. Puncak kunjungan wisatawan ke telaga ini adalah saat diadakannya acara tahunan bertajuk, Labuh Sesaji. Upacara yang sering juga disebut dengan Larung Tumpeng Gono Bahu ini diadakan setiap minggu terakhir di bulan Sya’ban di hari Jumat Pon (penanggalan Jawa).
Selain Sarangan, Magetan juga mempunyai telaga alternatif yang tidak kalah menarik yaitu Telaga Wahyu yang terletak di jalan utama yang menghubungkan kota Magetan dan Sarangan. Air terjun Banyumas, Air Terjun Jarakan, Air Terjun Ngancar, Air Terjun Pundak Kiwo, dan Air Terjun Watu ondo adalah lima air terjun yang sedang dikembangkan. Bagi wisatawan yang menyukai barang-barang kerajinan dan seni, maka kota Magetan adalah tempatnya. Kota kecil nan asri ini mempunyai sentra industri kerajinan kulit , tepatnya di kawasan Selosari. Hasil kerajinan utamanya adalah sepatu, sandal, jaket, tas, topi, dompet dan ikat pinggang. karena produk yang berkualitas dan model produk yang bervariatif, produk kerajinan dan penyamakan kulit Magetan telah mampu menembus pasar mancanegara sehingga menjadikan kota Magetan sebagai "Kota Kulit". bagi petualang kuliner maka tempat rujukan utama yang wajib dikunjungi adalah Ayam Panggang Gandu yang terletak 12 km arah timur kota Magetan. Ayam Panggang Gandu telah mencuri perhatian para pejabat provinsi dan pusat serta arits ibukota untuk mencicipinya. suasana nan asri dan ditambah dengan suara perajin gamelan yang lagi berkarya menjadi sesuatu yang tidak bisa ditemui di daerah lain. Ayam Panggang Gandu terletak di Desa Gandu Kecamatan Karangrejo.
tak lengkap rasanya kunjungan Anda jika tidak melihat langsung peninggalan warisan budaya di daerah ini. Candi Sadon adalah satu candi yang paling terawat dan dikenal diantara puluhan situs yang ditemukan. candi ini berbentuk menyerupai Reog Ponorogo dan terletak di Desa Cepoko Kecamatan Panekan. tempat wisata yang juga lagi dikembangkan adalah sentra agrobisnis strawberi di Cemorosewu, sentra sayur mayur di Plaosan dan sentra batik tulis di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan.

Pertanian
Masih ada sisi menarik lain dari Magetan selain potensi wisata. Daerah ini adalah sentra tingkat nasional jeruk pamelo (Citrus grandis) atau dikenal sebagai jeruk Bali terbesar di Indonesia. Asal mula nama itu mungkin dikaitkan dengan tiga varietas jeruk pamelo, yaitu pamelo nambangan, pamelo srinyonya, dan jeruk bali merah. Yang terakhir, sekarang dikenal dengan nama pamelo magetan. Ketiga varietas memiliki sentra tanam di Magetan. Sebagai pusat jeruk pamelo, komoditas pertanian unggulan Magetan ini juga memasok kebutuhan di Indonesia. Konsumen bisa mendapatkannya di pengecer atau supermarket, biasanya supermarket di kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Bali. Hingga saat ini, negosiasi langsung antara supermarket dan petani atau pemda setempat belum ada. Mereka masih mendapat pesanan melalui pedagang besar yang juga membeli dari pedagang pengumpul. Mata rantai perdagangan jeruk pamelo khususnya, dan komoditas unggulan lain umumnya di Magetan yang cukup panjang menjadi kendala peningkatan pendapatan petani. Harga di tingkat petani sampai ke tangan konsumen memiliki rentang yang cukup tinggi. Selain dalam negeri, beberapa negara, seperti Thailand, Afrika, RRC, India, dan Australia, juga menyukai buah yang beratnya bisa mencapai 1,5 hingga 2 kg. Namun, mereka tak membeli dari Indonesia karena jeruk ini sudah dibudidayakan di negara-negara itu.
Dari 16 kecamatan di Magetan, 4 kecamatan, yaitu Bendo, Takeran, Sukomoro, dan Kawedanan atau yang sering disingkat Beta Suka, pusat penanaman jeruk pamelo. Di kecamatan-kecamatan ini pemandangan yang umum terlihat di pekarangan rumah adalah pohon-pohon jeruk. Tiap rumah rata-rata memiliki di atas dua pohon jeruk pamelo. Komoditas jeruk yang penanamannya dimulai sekitar tahun 1950 itu menjadi ciri bagi penduduk di daerah ini khususnya, dan Kabupaten Magetan umumnya. Rasanya tak sah berkunjung ke Magetan tanpa membawa oleh-oleh jeruk pamelo. sejak sepuluh tahun terakhir pemerintah setempat tidak hanya menjual jeruknya saja akan tetapi sudah dikembangkan diversifikasi produk diantaranya adalah sirup jeruk dan Kormelo "Korma Pamelo". keberadaan industri kecil ini mampu memberikan tambahan penghasilan bagi penduduk di tengah krisis ekonomi yang belum juga membaik. pemasaran kormelo ini sudah memasuki pasar Jakarta dan Surabaya. Karena produksi jeruk yang sedemikian besar dan tumbuhnya industri pengolahan jeruk maka tak salah jika Magetan mendapat julukan sebagai "Bumi Jeruk Pamelo".
Produksi jeruk ketiga varietas pada tahun 2002 sebanyak 25.032 ton, naik sekitar 12 persen dari tahun sebelumnya, 22.335 ton. Terakhir, sedang diupayakan menjalin kerja sama dengan hipermarket besar di Jakarta dan Bandung agar memasok jeruk pamelo berhubungan langsung ke petani. Selain jeruk, masih ada potensi tanaman pangan lain di Magetan. Kondisi wilayah ini cocok untuk pengembangan hortikultura dan tanaman pertanian lainnya. Wilayahnya yang terbagi atas pegunungan dan dataran rendah masing- masing memiliki tingkat kesuburan berbeda. Daerah pegunungan subur ada di Kecamatan Plaosan dengan produk pertanian utamanya sayur-sayuran, seperti kubis, kentang, bawang merah, dan wortel. Adapun dataran rendah yang subur berpusat di Kecamatan Barat, Kartoharjo, Karangrejo, dan Takeran yang banyak memproduksi buah-buahan, seperti mangga, pepaya, dan nangka.
keseriusan pemerintah dalam mengembangkan kawasan agrobisnis terpadu di daerah ini nampaknya harus cepat direalisasikan jika ingin mempercepat pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat memperbaiki mutu sumber daya manusia Magetan yang terbilang cukup rendah.

Mayoritas penduduk Magetan yang bermata pencaharian petani semakin mencirikan keagrarisan wilayah ini. Dari sekitar 454.000 tenaga kerja, 64 persen menggeluti usaha pertanian. Luas lahan pertanian tanaman pangan sekitar 77 hektar dan perkebunan sekitar 5.000 hektar. Masih cukup luas areal untuk pengembangan sektor agraris di wilayah yang luasnya 688.850 hektar ini. Potensi pertanian yang menantang untuk dikembangkan ini sayangnya belum mampu mendongkrak penghasilan penduduk Kabupaten Magetan. Sejak tahun 1999 pendapatan per kapita penduduk tiap tahun tak beranjak dari angka dua jutaan rupiah. Tahun 2002, Rp 2,77 juta, tahun sebelumnya Rp 2,48 juta. Padahal, rata-rata pendapatan per kapita provinsi Rp 5,06 juta di tahun 2001 dan tahun berikutnya naik 14,92 persen menjadi Rp 5,81 juta. Mungkin butuh penanganan lebih serius untuk memajukan bidang lainnya, selain pertanian, agar pendapatan semakin meningkat. Pariwisata, misalnya, yang jelas-jelas sangat berpeluang untuk menambah kas daerah dan juga ekonomi rakyat.

Keseriusan Pemerintah Kabupaten Magetan juga dibutuhkan untuk meningkatkan ekonomi penduduk selain mengatrol kas daerah. Untuk mengefektifkan sumber-sumber pendapatan, tentu butuh dana. Artinya, alokasi dana mestinya paling besar atau minimal lebih besar di antara sektor lainnya. Dari rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2003 Kabupaten Magetan, terlihat dari belanja pembangunan, sektor yang mendapat kucuran dana paling besar adalah aparatur pemerintah dan pengawasan, 35 persen dari total Rp 82,3 miliar. Sektor perdagangan Rp 11,05 miliar atau sekitar 13 persen. Pertanian dan pariwisata masing-masing lima dan 0,4 persen. Rasanya butuh banyak jalan menjaring dana guna mengembangkan kedua sektor ini.

Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Magetan menempati wilayah yang cukup strategis dilihat dari segi apapun. kabupaten ini adalah wilayah provinsi jawa timur yang berbatasan langsung dengan wilayah provinsi jawa tengah yang dibatasi oleh gunung lawu. kabupaten ini juga menghubungkan jalan negara Surabaya-Yogyakarta yang amat sibuk lalu lintasnya. sejak dahulu kala daerah ini sudah dikenal kompeni maupun penjajah asing.
dewasa ini telah dibangun jalan baru cemorosewu, Magetan-Tawangmangu, Karanganyar yang menghubungkan dua tempat wisata unggulan, telaga sarangan dan air terjun grojogan sewu. dibukanya jalur ini juga memungkinkan untuk meramaikan jalur transportasi kota Magetan ke kota-kota di jawa tengah dan jawa timur. proyek ini tentu saja membawa perubahan yang berarti di sektor industri dan perdagangan. jika selama ini produk-produk unggulan magetan dipasarkan lewat kota madiun atau ponorogo dahulu maka setelah proyek ini berjalan lalu lintas perdagangan dengan begitu mudahnya terhubungkan dengan kota solo ataupun jogja dari arah barat. pembangunan jalan ini juga turut memperkecil keterisolasian yang selama ini dirasakan oleh warga. melalui proyek ini lalu lintas perdagangan magetan akan semakin maju dan berkembang.

Oleh
Agung Setiyo Wibowo
Alumni SMA POMOSDA Nganjuk
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Paramadina Jakarta
Bagus Magetan 2007
Posted by grandsaint on 2/10/2009 04:25:00 PM 0 comments:

SEJARAH HARI JADI KOTA MAGETAN

2/10/09Ringkasan Sejarah Magetan

Pada tahun 1645 Sultan Agung Hanyokrokusumo Raja Mataram wafat. beliau digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Amangkurat Iyang menduduki tahta kerajaan Mataram. tahun 1646-1677 berbeda dengan mendiang ayahnya Sultan Amangkurat Ibersifat lemah terhadap VOC, bahkan mau bekerja sama dengan kompeni belanda itu, sehingga menimbulkan rasa kecewa dari banyak pihak, terutama kaum ulama' serta daerah-daerah manca negara. di sana sini banyak pihak yang memberontak.
Pada suatu ketika Basah Gondokusumo atau Basah Bibit, yakni kerabat keraton Mataram beserta pangeran Nrang Kusumo Patih Mataram diusir oleh sultan Amangkurat I karena dituduh bersatu dengan pemberontak. Basah Gondokusumo dijatuhi hukuman pengasingan di Semarang, di tempat kediaman kakeknya yang bernama Basah Suryaningrat. Sedangkan Pangeran Nrang Kusumo kemudian pergi bertapa ke daerah sebelah timur Gunung Lawu. Akhirnya Basah Gondokusumo bersama-sama dengan basah suryaningrat pergi ke sebelah timur Gunung Lawu mencari tempat pemukiman yang baru. disini oleh Ki Ageng Mageti yang cikal bakal daerah ini beliau berdua diberi sebidang tanah untuk bermukim. setelah mapan suryoningrat mewisuda cucu beliau yakni Basah Gondokusumo menjadi penguasa di tempat baru ini dengan gelar "Yosonegoro", yang kemudian dikenal sebagai Bupati Yosonegoro yakni pada tanggal 12 Oktober 1675, sedang tanah baru itu diberi nama "Magetian" karena tanah tersebut sebagai jasa pemberian Ki Ageng Mageti.
Peristiwa penobatan sebagai bupati pertama ini ditandatangani dengan Warsa Sangkala 'MANUNGGALING RASA SUKO HAMBANGUN", daerah Magetan merupakan suatu daerah yang perbatasannya sebelah barat dengan gunung lawu menuju ke barat daya merupakan deretan Sidaramping, Gunung Jabolarang dan Gunung Kukusan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, di sebelah utara merupakan daratan yang bergelombang naik mengarah ke timur sampai dengan barat ke kaki Gunung Lawu berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, sebelah selatan merupakan dataran rendah berbatasan dengan Kabupaten Madiun. Sungai yang memotong daerah Magetan menjadi dua bagian mulai dari pangkal sumber di bawah Cemorosewu, Gunung Kendil dan Gunung Sidoramping adalah Sungai Gandong yang merupakan jalur bersejarah penuh dengan misteri dan ditaburi dengan makam-makam jaman kuno, di Kabupaten Magetan banyak ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah yang berupa petilasan bangunan-bangunann purbakala maupun petilsan bekas pusat pemerintahan.
Misalnya: Petilasan makam Empu Supo di Dukuh Mandang Desa Plumpung Kecamatan Plaosan. peninggalan purbakala terbuat dari batu andesit di Dukuh Sadon Desa Cepoko Kecamatan Panekan berupa candi yang diberi nama Candi Sadon. Petilasan Pengger di Dukuh Pengger Desa Bedagung Kecamatan Panekan. di puncak Gunung Lawu terdapat petilasan Pawon Sewu (Punden Berundak), Argo Dalem, Sendang Drajat dsb. Yang diperkirakan dari akhir Majapahit.petilasan berupa sumur dan masjid kuno bersejarah yang dikelilingi tembok bekas pusat pemerintahan Kabupaten Purwodadi berada di atas tanah lebih kurang seluas 4 hektar dengan bekas gapuro Magetan.
Makam leluhur Magetan (Patih Nrang Kusumo dan Patih Ngariboyo II) di Dukuh Njelok Desa Bulukerto Kota Magetan dan makam Kanjeng Adipati Purwodiningrat, mertua Hamengku Buwono di Desa Pacalan Kecamatan Plaosan juga merupakan bukti sejarah.
Makam Astana Gedhong di Kelurahan Tambran Kecamatan Kota Magetan terdapat makam Adipati Yosonegoro yang erat hubungannya dengan sejarah babad Magetan. di makam Sasonomulyo Dukuh Sawahan Desa Kapolorejo Kota Magetan terdapat makan-makan bupati Magetan dan masih banyak lagi makam-makam yang tersebar di daerah -daerah yang sampai sekarang masih keramat.
Ditinjau dari letaknya Magetan merupakan daerah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur maka bahasa sehari-hari, adat istiadat maupun kebudayaannya banyak mendapat pengaruh dari daerah Jawa Tengah yakni daerah Solo/Surakarta dan sekitarnya daripada daerah-daerah di Jawa Timur lainnya. lebih-lebih jalur tembus antara Kabupaten Magetan dengan Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah melewati Cemorosewu lereng sebelah barat daya Gunung Lawu dan melalui hutan-hutan, erat hubungannya dengan jalan bersejarah dari abad ke abad. Bagaimana sampai dapat mewujudkan suatu daerah yang disebut Magetan? berikut sejarahnya:

Sampai dengan tahun 1645 Sultan Agung Hanyokrokusumo wafat, kemudian Amangkurat I menggantikan kedudukan beliau sebagai raja Mataram pada tahun 1645-1677. Berbeda dengan ayahnya yang bersukap tegas mengusir kompeni Belanda, Amangkurat I sangat lemah dan mau bekerja sama dengan kompeni belanda (VOC).
Pada tahun 1646 Amangkurat Imengadakan perjanjian dengan kompeni belanda yang amat merugikan Mataram. Isi perjanjian itu antara lain adalah Mataram mengakui kedudukan VOC di Batavia (Jakarta), Sedangkan Mataram bebas berdagang dimana saja kecuali di pulau Ambon, Bansa dan Ternate. Sebab pulau-pulau tersebut kaya akan rempah-rempah. dengan diakuinya kedudukan VOC di Batavia maka Batavia bebas dari ancaman Mataram semakin berkurang. perdagangan Mataram tidak lagi seperti seida kala. Pelayaran perdagangan dibatasi oleh kompeni sehingga kerajaan Mataram tidak berwibwa lagi dan kawulo Alit menjadi sengsara. Kebijaksanaan Amangkurat I tersebut menyebabkan timbulnya rasa kecewa dari banyak pihak terutama daerah-daerah mancanegara.
Pangeran Giri yang berpengaruh di daerah pesisir utara pulau Jawa berisap-siap melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Beliau amat kecewa atas tindakan raja Mataram ini. Demikian pula seorang pangeran dari pulau Madura yang bernama Trunojoyo yang tidak tahan lagi melihat pamannya pangeran Tjakraningrat II terlalu mengabaikan Madura dan hanya turut bersenang-senang di pusat pemerintahan Mataram, segera melancarkan pemberontakan terhadap Mataram (1674). pemberontakant tersebut akhirnya didukung oleh orang-orang Makassar. Perang antara prajurit Mataram dan Trunojoyo pun tak dapat dihindarkan, hingga banyak memakan korban dari kedua belah pihak.
Pada saat kerajaan dalam keadaan kalut seperti ini seorang kerabat keraton Mataram bernama Basah Gondokusumo atau terkenal dengan sebutan basah bibit bersama seorang patih Mataram bernama nrang kusumo dituduh bersatu dengan kaum oposisi dan kaum pemberontak yang menentang kebijakan Amangkurat I. Atas tuduhan itu Basah Gondokusumo dijatuhi hukuman pengasingan di Semarang di tempat kediaman kakeknya yakni Basah Suryoningrat. Sedangkan Patih Nrangkusumo meletakkan jabatannya sebagai patih kemudian bertapa di gunung Lawu sebelah timur. beberapa waktu kemudian basah suryoningrat mengajak cucunya (Basah Gondokusumo) pergi menyingkir ke arah timur gunung Lawu. beliau memilih tempat tersebut karena menerima bahwa di sebelah timur gunung Lawu sedang dilaksanakan babat hutan yang dipimpin oleh sorang bernama Ki Buyut Suro yang kemudian bergelar Ki Ageng Getas. Orang-orang itu sangat patuh dan rajin melaksanakan babat hutan. Demikian juga Ki Buyut Suro dengan sabar mendampingi mereka yang bekerja penuh semangat babat hutan itu dilaksanakan atas perintah Ki Ageng Mageti yang cikal bakal daerah ini. Ki Ageng Mageti adalah seorang putra Magetan yang memiliki banyak kelebihan. Beliau adalah sosok yang arif, bijaksana, berbudi luhur, berperilaku sholeh serta memiliki kawaskithan. apa yang dipunyai itu semua semata-mata hanya untuk kepentingan kawulo, baik kawasan Magetan maupun kawulo njaban rangkah. karena sifat yang demikian agung itulah maka Ki Ageng Mageti sangat disegani serta dapat dijadikan suri teladan bagi kawulo dan sesamanya.
Kemudian Basah Suryoningrat dan Basah Gondokusumo menjumpai Ki Buyut Suro yang sedang babat hutan.keduanya bermaksud minta sebidang tanah untuk bermukim.karena yang menguasai kawasan hutan ini adalah Ki Ageng Mageti, maka untuk memperoleh sebidang tanah ini Basah Suryoningrat dan Basah Gondokusumo diajak Ki Buyut Suro bertemu dengan Ki Ageng Mageti di tempat kediaman beliau di daerah Gandong Kidul (dukuh Gandong Selatan) tepatnya di sekitar alun-alun Magetan sekarang ini,
Pertemuan antara Basah Suryoningrat dengan Ki Ageng Mageti yang akrab ini dilanjutkan dengan perdebatan sengit terhadap suatu pernyataan.sandi yang diberikan oleh Ki Ageng Mageti kepada Basah Suryoningrat. Setelah ia dapat menjawab dengan tepat dan benar pernyataan sandi keraton yang dilontarkan oleh Ki Ageng Mageti, akhirnya Ki Ageng Mageti yakin bahwa Basah Suryoningrat adalah bukan kerabat keraton tetapi merupakan sesepuh kerajaan Mataram. Akhirnya beliau diberi sebidang tanah untuk bermukim, terletak di sebelah utara sungai Gandong tepatnya di Desa Tambran sebagai tempat yang aman dan tenteram untuk pengayoman para leluhur Mataram. setelah mapan di tempat yang baru ini Basah Suryoningrat mengangkat cucunya yaitu Basah Gondokusumo menjadi penguasa di tempat baru dengan gelar "Yosonegoro" kemudian dikenal sebagai Bupati Yosonegoro, bupati Magetan yang pertama kali.
Wisuda Bupati Yosonegoro oleh Basah Suryoningrat ditandai dengan penyerahan sebuah keris pusaka. Pesta syukuran wisuda bupati tersebut berlangsung secara sederhana. Syukuran ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Basah Suryoningrat diberikan kepada Yosonegoro dan dihadiri oleh masyarakat setempat. wilayah pemerintah tersebut dinamakan Magetan, karena peristiwa terjadinya kabupaten Magetan ini adalah atas pemberian tanah dari Ki Ageng Mageti maka daerah baru tersebut diberi nama Kota Mageti, mengalami penambahan "an" menjadi Magetian, akhirnya berubah nama menjadi Magetan sampai sekarang.*

*Agung Setiyo Wibowo
Alumni SMA POMOSDA Nganjuk
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Paramadina Jakarta
Bagus Magetan 2007

Posted by grandsaint on 2/10/2009 04:07:00 PM
foto AGUNG SETIYO WIBOWO 0 comments:

Sabtu, 08 Januari 2011

BANANA INDONESIA

POLA HIDUP SEHAT TANPA ROKOK

Pola Hidup Sehat, Dapat Tunjangan
Sabtu, 8 Januari 2011 | 10:35 WIB

shutterstockLONDON, KOMPAS.com — Ingin tambah sehat, langsing, dan kaya? Datanglah ke Inggris. Pemerintah negara itu memberikan insentif dalam bentuk uang bagi orang yang bisa mengurangi berat badan, berhenti merokok, atau berjalan kaki ke tempat tujuan.

”Kami akan memperluas program pemberian insentif keuangan bagi orang-orang yang memiliki kebiasaan hidup sehat, selama ada bukti yang mendukung,” tutur seorang juru bicara Departemen Kesehatan, Jumat (7/1/2011).

Dalam uji coba program di wilayah Kent, seseorang yang berhasil mencapai target pengurangan berat badan tertentu dan bisa mempertahankan selama 24 bulan akan mendapat insentif sebesar 425 poundsterling (Rp 5,9 juta). Di London, pengelola transportasi publik akan memberikan tiket menonton film atau voucer belanja kepada anak-anak sekolah yang mau berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.

Di Skotlandia, pemerintah akan memberikan voucer belanja makanan senilai 12,50 poundsterling (Rp 173.600) per minggu kepada setiap wanita hamil di lingkungan masyarakat miskin apabila mereka mau berhenti merokok. Meski mulai menunjukkan hasil, ada yang mengkritik program seperti ini tidak mendidik.


Kompas CetakSumber :

BERSEPEDA ....SEHAT HEMAT RAMAH LINGKUNGAN









PUTRA IANDONESIA BERHASIL KIBARKAN MERAH PUTIH DI PUNCAKACONCAGUA


Ekspedisi 7 Puncak Dunia
Akhirnya Merah Putih Berkibar
Rabu, 29 Desember 2010 | 10:47 WIB

ISTIMEWA/Tim 7 SUMMIT
Inilah puncak Aconcagua di Argentina, Amerika Selatan. Waktu ideal untuk pendakian gunung setinggi 6.962 mdpl ini adalah Januar-Maret. Pegunungan andes merupakan pegunungan terpanjang di dunia, membentang sejauh 7.000 km mebyisir pantai barat Amerika Latin. Puncak Aconcagua berdiri di perbatasan Argentina-Chili.
TERKAIT:
Persiapan Mendaki Aconcagua
Tim Ekspedisi Tiba di Plaza Canada
Tim Mulai Mendaki Menuju Kamp 1
Besok, Pendakian Puncak Aconcagua
JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia hari Senin (27/12/2010) pukul 15.15 waktu argentina berhasil menancapkan bendera merah putih di Aconcagua (6900 mdpl), gunung tertinggi di benua Amerika.

Tiga pendaki yang berhasil menggapai puncak adalah Adhesir Yatebbi, Martin Rimbawan, dan Lutfi Al Fajri dari Wanadri. Keberhasilan Tim dari Wanadri itu dikabarkan wartawan Kompas Harry Susilo hari Rabu dari Plaza de Mulas.

Hari terhadang badai pada ketinggian 6500 mdpl sehingga belum berhasil mencapai puncak. Pendakian selama 14 jam berlangsung dalam suasana hujan badai yang dahsyat sehingga tiga anggota tim lain Nurhuda, Iwan Irawan dan Gina Afriani diminta turun ke camp 3 Cholera karena kondisi fisik tak memungkinkan.

Setelah mencapai puncak dan membuat beberapa dokumentasi tim kembali ke camp Cholera. Total dibutuhkan waktu 14 jam darI Camp Cholera ke puncak dan kembali ke camp cholera. Rencananya, anggota tim Nurhuda, Iwan, Gina Afriani kembali akan menuju puncak pada Kamis besok.

Untuk summit kedua, manajer tim lebih memprioritaskan untuk para pendaki. Anggota tim lain menunggu di Plaza de mulas. Demikian dilaporkan wartawan Kompas Hari Susilo dari Plaza de Mulas.


Editor: Hertanto Soebijoto Dibaca : 13842
Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

PUTRA INDONESIA SIAP KIBARKAN KEMBALI MERAH PUTIH DI PUNCAK ACONCAGUA


Puncak Aconcagua.
Senin, 27 Desember 2010 | 11:01 WIB

SHUTTERSTOCK
Puncak Aconcagua.

TERKAIT:
Tim Ekspedisi Tiba di Plaza Canada
Tim Mulai Mendaki Menuju Kamp 1
Besok, Pendakian Puncak Aconcagua
Tim Pulihkan Kondisi di Plaza de Mulas
Tim 7 Summit Memulai Pendakian
BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Setelah beristirahat seminggu di Santiago, Cile, tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) 2009-2012 mulai mempersiapkan diri untuk pendakian ke Puncak Aconcagua (6.959m). Akhir pekan lalu tim yang didukung penuh PT Mudking Asia Pasifik Raya itu bergerak ke Mendoza, Argentina menggunakan bus.

Wartawan Warta Kota Max Agung Pribadi yang bergabung bersama tim, Minggu (26/12/2010) melaporkan, tim mengecek ulang dan memilah semua perlengkapan dan belanja logistik yang masih kurang. Perlengkapan yang sebelumnya digunakan tim untuk mendaki Puncak Vinson Massif di Kutub Selatan tidak seluruhnya digunakan di Aconcagua. Jaket downsuit dan sepatu triple boot misalnya, hanya akan digunakan kembali di Gunung Everest dan Mc Kinley (Amerika Utara). Peralatan itu ditinggalkan di Mendoza.

Tim yang beranggotakan Sofyan Arief Fesa (27), Janatan Ginting (21), Broery Andrew (21), dan Xaverius Frans (21) mendaki puncak Aconcagua dengan dukungan pemandu gunung dari Acomara. Pendakian dimulai pada 28 Desember setelah sebelumnya tim bergerak ke Puenta del Inca menggunakan kendaraan.

Pendakian ke Aconcagua dimulai dari titik ini setelah pencatatan administrasi di Destacamento Guardaparque Horcones atau semacam kantor pengelola taman nasional setempat. Dari 33 jalur menuju puncak, jalur melalui Polish Original Glacier termasuk yang terpanjang.

Dari Puente del Inca, akses menuju puncak terbagi menjadi dua, ke arah barat melalui Lembah Horcone dimana Rute Normal berada serta ke arah timur melalui Lembah Vacas dimana Rute Polish Glacier berada. Pada peta topografi Provincial Aconcagua skala 1:50.000 terlihat, perjalanan di Lembah Vacas ini relatif landai dengan melintasi dua-tiga kontur dan dua kali menyeberangi Sungai Vacas. Jalan mulai menanjak tajam setelah melewati Casa de Piedra (3.245m), empat hari perjalanan dari Puente del Inca.

Ketua tim Sofyan Arief Fesa mengatakan, tim akan bergerak mengangkut seluruh logistik dengan mobil hingga Quebrada de Vacas. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan trekking dan perbekalan diangkut menggunakan mulas (sejenis keledai) hingga ke Pampa de Lenas (3.100m). Keesokan harinya menuju Casa de Piedra (3.600m) hingga ke Base Camp Plaza Argentina (4.180m).

Di base camp tim akan beraklimatisasi selama dua hari sambil mengangkut perbekalan menuju Camp I (4.950m) lalu kembali ke basecamp. Pada 5 Januari, tim melanjutkan pendakian dengan taktik himalaya yaitu mendaki sambil beraklimatisasi dengan menambah ketinggian dan memindahkan perbekalan secara bertahap. Setelah menginap sehari di Camp I, tim lalu memindahkan perbekalan ke Camp II (5.800m). Dari Camp II tim mendaki menuju Piedra Bandera (6.400m) dan direncanakan akan menggapai puncak pada 10 Januari 2011.

Muhamad Muqharabbin bin Mokhtarrudin (28) alias Qobin, pendaki Malaysia yang ditemui di pesawat menuju Buenos Aires mengatakan, cuaca di sekitar puncak Aconcagua tak menentu. ”Seringkali hanya nasib baik saja kita bisa ke puncak karena sekalipun hari cerah, angin kencang bertiup sewaktu-waktu. Kalau anginnya sudah sampai 40 kilometer per jam, kita tidak bisa ke puncak karena bahaya terkena frostbite,” tutur Qobin yang baru turun dari puncak pada pertengahan Desember lalu.

Ia dalam perjalanan menuju Vinson Massif untuk menggenapi pendakian Seven Summits. Sehari sebelum ia menggapai puncak, tiga tenda di camp III sampai hancur disapu Angin Putih atau El Viento Blanco, cuaca ekstrem Aconcagua yang sangat terkenal.

“Cuaca setempat benar-benar tak menentu. Karena itu pandai-pandailah mengatur waktu buat summit attack,” tutur Qobin yang juga sudah mendaki Everest (2004), Kilimanjaro (2010), dan Kosciusko (2010). (MAX)

Marwan Zubaida Jeruju