Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 01 September 2024

Bukti Bahwa Indonesia Nusantara Hebat


 LIMA KITAB KUNO YANG MENJADI BUKTI BAHWA NUSANTARA HEBAT DI MASA LALU


1). KITAB NEGARA KERTAGAMA


Negara kertagama memiliki arti Negara dengan tradisi ( agama ) yang suci. 

Kitab ini pertama kali ditemukan di tahun 1894 di istana Raja Lombok. Seorang peneliti bernama J.L.A Brandes menyelamatkannya sebelum di bakar bersama seluruh buku di perpustakaan kerajaan. Naskah ini adalah naskah tunggal yang berhasil ditemukan dan selamat setelah selesai di tulis pada tahun 1365.


Kitab ini ditulis oleh empu Prapanca yang merupakan nama samaran dari Dang Acarya Nadendra. Seorang bekas pembesar agama Buddha di Kerajaan Majapahit saat Prabu Hayam Wuruk berkuasa. Kitab yang merupakan syair kuno Jawa atau kakawin ini menceritakan kejayaan Kerajaan Majapahit saat itu. Salah satu tentang daerah kekuasaan dan juga silsilah keluarga raja. Penemuan kitab ini menjadi bukti jika di masa lalu,Nusantara pernah dikuasai kerajaan hebat dengan tradisi kelas tinggi.


2). KITAB SUTASOMA


Kitab Sutasoma adalah sebuah kakawin atau syair Jawa Kuno yang berisi banyak bait. 

Orang yang  menggubah kitab ini hingga terkenal sampai sekarang adalah Empu Tantular. Ia disuruh oleh Hayam Wuruk yang saat itu masih menjadi raja. Kitab ini berisi banyak sekali hal hebat yang masih dipakai sampai sekarang. 

Anyway,tahukah anda jika semboyan negara kita ini diambil dari kitab yang dibuat pada abad ke-14 itu

" Bhinneka Tunggal Ika " yang berarti berbeda tapi tetap satu jua adalah petikan bait dari kitab ini. Karya sastra ini juga berisi banyak sekali pelajaran yang berharga. Salah satunya ada mengajarkan toleransi beragama. Sesuatu yang saat ini sudah mulai luntur. 

Jika kitab ini masih diajarkan sampai sekarang,mungkin Indonesia akan jadi negara yang damai. Tak ada perpecahan seperti yang sekarang terjadi.


3). KITAB ARJUNA WIWAHA


Arjuna Wiwaha adalah sebuah karya sastra kuno yang dibuat dan digubah pertama kali pada abad ke-11 masehi. Seorang empu bernama " Kanwa " menulisnya saat masa pemerintahan Prabu Airlangga yang menguasai Jawa Timur sekitar tahun 1019-1042. Sastra ini menjadi pusaka berharga karena menjadi bukti peradaban manusia zaman dahulu yang ternyata sudah maju. Bahkan mengenal baca tulis meski hanya kalangan tertentu saja.

Kitab Arjuna Wiwaha 


Kitab yang lagi-lagi berupa kakawin ini berisi syair mengenai perjuangan Arjuna. Sebuah tokoh pewayangan yang sangat hebat. 

Di kisahkan Arjuna sedang bertapa di Gunung Mahameru. Dewa mengujinya dengan mengirim tujuh bidadari yang sangat cantik. Bidadari itu disuruh menggodanya,namun Arjuna lulus godaan.Akhirnya Arjuna disuruh melawan raksasa yang mengamuk di kayangan.Karena berhasil ia boleh mengawini tujuh bidadari yang menggodanya tadi.


4). SERAT CENTHINI 


Atau dengan nama lain Suluk Tembang raras adalah sebuah karya sastra terbesar dalam kasusastran Jawa Baru. Di dalam kitab ini banyak sekali tersimpan tradisi,ilmu pengetahuan,dan banyak hal yang saat itu dikhawatirkan akan punah. 

Adalah Pakubuwana ke-V yang memiliki ide menghimpun segala budaya dan tradisi dari Jawa ini menjadi sebuah serat yang berisi tetembangan.


Serat Centhini 

Diperkirakan serat ini dikerjakan pada pertengahan abad ke-18 hingga awal abad ke-19. Pakubuwana ke-V dibantu tiga orang pujangga istana merangkum semua hal agar tidak punah.Pujangga kerajaan ini disuruh berkelana dan menuliskan semuanya yang berkaitan dengan kebudayaan dan juga tradisi lokal. Saat ini Serat Centhini telah digubah dan dibuat versi modern oleh beberapa orang. Bahkan ada yang membuatnya dalam versi novel trilogi agar mudah dicerna.


5) LA GALIGO


La Galigo adalah karya sastra paling panjang di dunia saat ini. Berisi sekitar 6.000 halaman, dan 300.000 baris teks membuat La Galigo saat dikagumi di dunia. Karya ini dibuat sekitar abad ke-13 dan ke-15 masehi oleh bangsa Bugis Kuno. Huruf yang digunakan dalam La Galigo masih menggunakan huruf lontara kuno yang tak semua orang bisa membacanya.


La Galigo berisi banyak sekali sajak tentang penciptaan manusia. Selain itu juga cerita mitos hebat yang kadang masih diceritakan turun temurun. La Galigo dipercaya ditulis sebelum epik Mahabarata ditulis di India.Saat ini sebagian besar manuskrip asli dari La Galigo terselamatkan dan tersimpan rapi di Museum Leiden,Belanda.

Dari lima kitab kuno karya sastra di atas,menunjukkan jika bangsa kita sangatlah hebat di masa lalu. Meski dengan keterbatasan,mereka bisa membuat sesuatu yang bisa dibilang abadi.


 Semoga generasi muda sekarang tidak Lupa siapa leluhurnya.

Bisa melanjutkan kehebatan Nusantara .


Rahayu...


#nusantara #indonesia


Jangan lupa like dan share untuk dibaca dan diwariskan pada generasi nusantara yang akan datang 

Sabtu, 31 Agustus 2024

SPG Magetan












 

Filosofi Orang Jawa

 MENGENAL SUKU JAWA 


Suku jawa adalah suku terbesar dalam POPULASI di rantau nusantara .


Tersebar di seluruh nusantara baik di indonesia , singapore, malaysia, brunei darussalam , bahkan di luar negeri seperti di hongkong , taiwan, suriname, belanda , arab saudi .


Suku Jawa tidak dinisbatkan kepada seluruh penduduk pribumi penghuni pulau Jawa. Di pulau Jawa sendiri terdapat beberapa suku bangsa lain selain suku Jawa. Sebutan bagi suku Jawa lebih identik bagi masyarakat yang memegang teguh filosofis atau pandangan hidup Kejawen. Secara geografis meliputi Jawa Tengah, Jogjakarta dan Jawa Timur. Jawa Timur pun juga masih varian karena di dalamnya masih ada suku Madura, suku Tengger maupun Suku Osing di Banyuwangi. Kebudayaan suku Jawa merupakan hasil dari peninggalan sejarah kerajaan besar Jawa khususnya Majapahit dan Mataram Baru.


Filosofis hidup suku Jawa yang paling dasar sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, Budha dan juga kepercayaan animisme-dinamisme. Orang jawa pada umumnya sangat menjunjung tinggi keseimbangan, keserasian dan keselarasan hidup baik terhadap sesama manusia maupun dengan lingkungan alam. Dalam etika keseharian sangat mengedepankan norma kesopanan, kesantunan dan kesederhanaan. Oleh sebab itu, dialog bahasa Jawa memiliki beberapa tingkatan bahasa sesuai dengan lawan bicara yang dihadapi.


● FILOSOFIS  HIDUP


Orang jawa pada dasarnya memiliki banyak sekali filsafat hidup yang dijadikan sebagai pedoman bermasyarakat. Namun terdapat tujuh filosofis dasar yang setidak-tidaknya menggambarkan perilaku budaya suku Jawa, yaitu :


■ Urip iku urup, (hidup itu menyala), maknanya adalah bahwa hidup sebagai manusia haruslah memiliki manfaat bagi manusia lain dan lingkungan alam sekitar.


■ Ojo Keminter Mengko Keblinger, Ojo Cidro Mundak Ciloko, (jangan menjadi orang yang sombong dengan kepandaian dan jangan menyakiti orang agar tidak dicelakai), maknanya hidup haruslah rendah hati dan selalu sportif.


■ Ojo Ketungkul Marang Jenenge Kalenggahan, Kadunyan lan Kemareman, (jangan menjadi orang yang hanya mengejar jabatan, harta dan kenyamanan), maknanya jangan terlalu mengutamakan jabatan/pangkat, harta dan kenikmatan dunia.


■ Wong Jowo Kuwi Gampang Ditekak-tekuk, (orang jawa itu mudah untuk diarahkan), maknanya bahwa orang Jawa itu mudah untuk beradaptasi dengan berbagai situasi lingkungan.


■ Memayu Hayuning ing Bawana, Ambrasta dur Hangkara (membangun kebaikan dan mencegah kemungkaran), maknanya adalah hidup didunia harus banyak-banyak membangun atau memberi kebaikan dan memberantas sikap angkara murka.


■ Mangan ora mangan sing penting kumpul (kebersamaan harus diutamakan), maknanya adalah bahwa kebersamaan dan gotong royong itu lebih penting dari yang selainnya.

Nrimo Ing Pandum, (menerima pemberian dari yang kuasa), maknanya adalah harus selalu bersyukur terhadap apa yang sudah dimiliki dan diberikan oleh Tuhan. 


● AJARAN KEJAWEN


Kejawen bagi masyarakat Jawa asli sudah hampir menjadi seperti agama tersendiri. Ajaran kejawen pada dasarnya merupakan kompilasi dari seni, budaya, adat ritual, sikap sosial, serta berbagai pandangan filosofi masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa yang masih memegang teguh ajaran asli kejawen, panutan ajaran ini menjadi nilai spiritualitas tersendiri. Masyarakat Jawa banyak memiliki kitab kejawen yang disadur dari kitab-kitab karya para Mpu pada masa kerajaan Jawa.


Syekh Siti Jenar yang terkenal dengan konsep gagasan ‘manunggaling kawula lan gusti’, merupakan salah satu tokoh yang tidak dapat dilepaskan dari munculnya ajaran kejawen. Sebagai inti ajaran, kejawen mengajarkan manusia pada apa yang disebut ‘Sangkan Paraning Dumadhi’ (kembali kepada sang pencipta). Kemudian membentuk dan mengarahkan manusia untuk sesuai dengan Tuhannya (manunggaling kawula lan gusti). Bahwa setiap manusia harus bertindak sesuai dengan tindakan dan sifat Tuhan.


Untuk mencapai tujuan tersebut maka orang Jawa biasa melakukan ’laku’ atau tindakan untuk membentuk pribadi yang sesuai dengan Tuhan. Diantaranya adalah dengan melakukan ‘pasa’ atau berpuasa dan juga ‘tapa’ atau melakukan pertapaan. Disinilah letak kejawen sebagai bentuk spiritualitas suku Jawa.


● WAYANG KULIT 


Wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan suku Jawa yang cukup khas. Wayang sendiri berasal dari kata ‘ayang-ayang´ yang artinya adalah bayangan (baca juga : sejarah wayang kulit). Wayang kulit Jawa memiliki perbedaan dengan wayang golek Sunda (baca : sejarah wayang golek). Bagi suku Jawa, cerita pewayangan selalu menggambarkan bentuk kehidupan manusia di dunia, yakni peperangan terhadap angkara murka dan perjuangan untuk membangun kebaikan. Hal itu sesuai dengan prinsip filosofis hidup yang selalu dipegang teguh oleh orang Jawa.


Permainan kesenian wayang kulit mulai tersebar luas ketika para wali songo sering menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah Islam. Pada umumnya cerita dan penokohan pada kesenian wayang kulit diambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Namun dalam versi pewayangan Jawa, cerita tersebut sudah banyak dilakukan perubahan. Wayang purwa sebutan lain bagi wayang kulit biasa dimainkan oleh seorang narator yang disebut dalang. Dalang ini bertugas untuk mengatur jalannya cerita dan memainkan gerak para tokoh wayang kulit.


Selain memiliki unsur kesenian, wayang kulit juga dipercaya oleh orang Jawa memiliki nilai magis tersendiri. Pagelaran wayang kulit dipercaya mampu mendatangkan kekuatan-kekuatan magis dari arwah leluhur ataupun kekuatan magis yang berasal dari Tuhan. Maka dari itu pagelaran wayang kulit merupakan media utama ketika orang Jawa melakukan ruwatan. Ruwatan merupakan bentuk acara atau upacara untuk membuang ‘bala’ (kesulitan dan kesialan). Dengan diruwat orang Jawa berharap kehidupannya bisa keluar dari segala kesulitan dan bencana.


● KERIS 


Keris merupakan senjata tradisional suku Jawa. Keris sendiri selain sebagai senjata tradisional suku Jawa juga menjadi lambang kedaulatan beberapa raja-raja di kerajaan luar Jawa. 


Bagi orang Jawa, keris tidaklah sesederhana hanya merupaka senjata saja. Lebih dari itu, keris merupakan senjata pusaka yang diyakini oleh sebagai orang memiliki atau menyimpan kesaktian. Oleh sebab itu keris disebut juga sebagai ‘tosan aji’ (alat yang memiliki kesaktian).


Dalam beberapa legenda sejarah terdapat beberapa keris yang dianggap begitu istimewa. Keris Mpu Gandring yang direbut oleh Ken Arok, mampu menjadikan Ken Arok sebagai penguasa kerajaan Singasari. Keris Nagasasra dan keris sabuk Inten yang terkenal dari kerajaan Demak. Keris Sunan Kudus yang disebut ‘sunan kober’ dan merupakan senjata pamungkas dari Arya Penangsang juga telah mampu memberikan kekuasaan.


Sebagai ‘tosan aji’, keris begitu sangat dipercayai kesaktiannya karena proses pembuatannya yang dilakukan oleh para Mpu (sebutan bagi pembuat keris) senantiasa diiringi dengan laku spiritualitas seperti puasa dan bertapa. Selain kemampuan meracik kualitas bahan material, para Mpu juga memasukkan berbagai mantra dan do’a pada keris yang dibuatnya. Bahkan jumlah ‘luk’ (lekukan) yang ada pada keris menyimpan makna kesaktian yang tersembunyi.


● AKSARA JAWA 


Suku  Jawa memiliki huruf tulisan yang disebut dengan aksara Jawa. Aksara Jawa terdiri dari 20 karakter huruf yang menyimpan makna dan filosofi masing-masing. Huruf-huruf tersebut adalah Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga. Banyak sekali versi sejarah dan legenda yang mengemukakan asal-usul munculnya aksara Jawa ini. Namun yang paling terkenal diantara kalangan masyarakat Jawa adalah cerita babad Ajisaka.

Babad Ajisaka mengisahkan tentang pengembaraan seorang penguasa kerajaan Jawa Kuno yang didampingi oleh seorang abdi (pembantu). Dalam perjalanannya, Ajisaka meninggalkan keris miliknya di tengah hutan dan menyuruh abdinya tersebut untuk menjaga keris tersebut dan jangan sampai diberikan kepada siapapun kecuali pada Ajisaka sendiri.


 Ajisaka kemudian melanjutkan pengembaraannya seorang diri.

Setelah sekian waktu, Ajisaka kembali ke kerajaan dan setelah sekian lama memerintah kerajaan ia baru teringat akan keris pusakanya yang ia tinggalkan semasa pengembaraan. Dari situ lantas Ajisaka mengutus seorang utusan untuk pergi ke hutan mengambil keris tersebut. Ia berpesan pada utusannya bahwa jangan sampai kembali ke kerajaan sebelum ia membawa keris pusakanya.


Di tengah hutan utusan kerajaan ini mendapati keris pusaka Ajisaka yang tengah dijaga oleh seorang abdi. Kedua orang yang pada hakekatnya merupakan utusan Ajisaka ini kemudian saling berebut keris karena mereka sama-sama memegang teguh amanah perintah majikannya. Dua orang ini kemudian terlibat pertarungan yang menjadikan keduanya tewas. Ajisaka baru teringat kalau ia meninggalkan keris tersebut bersama dengan salah satu abdi setianya. Ajisaka menyusul ke dalam hutan, namun ia mendapati kedua utusannya telah tewas. Untuk menghormati utusannya yang setia inilah kemudian Ajisaka merumuskan tulisan yang kemudian dikenal sebagai aksara Jawa. Filosofisnya,


■ HaNaCaRaKa : terdapat dua utusan setia

■DaTaSaWaLa : saling berkelahi/bertarung

■PaDaJaYaNya : sama-sama saktinya

■MaGaBaThaNga : sama-sama matinya


● BAHASA JAWA 


Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang memiliki stratifikasi atau tingkatan bahasa. Orang Jawa sangat menjunjung tinggi etika kesopanan dan kesantunan termasuk dalam hal berbahasa. Dalam bahasa Jawa dikenal yang namanya undhak-undhuk atau tata krama di dalam bertutur kata. Setidaknya terdapat tiga struktur tingkatan bahasa yang ada dalam bahasa Jawa, tingkatan tersebut :


Ngoko, bahasa ngoko merupakan bahasa yang digunakan apabila lawan bicara merupakan orang yang sebaya umurnya atau kerabat yang sudah dekat dan akrab. Secara khusus juga digunakan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda.


Madya, bahasa madya merupakan bahasa yang digunakan kepada lawan bicara yang umurnya lebih tua atau sekadar penghormatan kepada orang yang sama sekali kurang dikenal.


Krama, bahasa krama merupakan tingkatan tertinggi dalam bahasa Jawa. Digunakan untuk berbicara kepada orang yang yang lebih tua atau dituakan, serta kepada orang yang memiliki status sosial tinggi di masyarakat.


Bahasa Jawa sendiri masih terbagi kedalam beberapa dialek yang berbeda-beda. Seperti dialek orang Jawa di Jawa Timur dengan orang Jawa di Jawa Tengah atau Jawa Barat, memiliki struktur pengucapan dan logat yang berbeda. Namun prinsip undhak undhuk masih tetap berlaku meskipun dialek dan pengucapan memiliki perbedaan.


● SENI TARI 


Orang Jawa dikenal sebagai masyarakat yang berbudaya.


Sangat banyak sekali seni tari yang merupakan hasil olah cipta, rasa dan karsa masyarakat Jawa. Bahkan antara orang Jawa di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, memiliki tarian khasnya masing-masing.


Benang merah seni tari suku Jawa terletak pada tata tari yang luwes, kalem dan santun. Menggambarkan filosofis hidup suku Jawa yang cenderung menerima, selalu adaptif dengan segala situas dan kondisi serta mengutamakan tata krama.


Sebagaimana kepercayaan yang dianut suku Jawa, dalam kesenian tari yang diciptakan pun tidak terlepas dari unsur magis dan sakralitas. Kesenian tari seperti reog, tari sintren, tari kuda lumping  merupakan contoh kesenian tari yang sangat kental dengan kekuatan supranatural. 


Di lingkungan keraton Jogjakarta dikenal tari ‘bedhaya ketawang’ yang sangat disakralkan oleh orang Jawa disana. Sakralitas ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa tari bedhaya ketawang ini sengaja diciptakan oleh Nyi Roro Kidul penguasa laut selatan sebagai bentuk suguhan bagi penguasa Kerajaan keraton Jogja penguasa tanah Jawa.

Tarian ini ditarikan oleh 9 orang wanita dan hanya dipentaskan untuk acara-acara tertentu saja yang berkaitan dengan hajat keraton/kerajaan. Pagelaran tari bedhaya ketawang diiringi oleh musik gamelan yang ritmenya sangat halus dan pelan. Gerakan tarinya pun juga sangat halus, sehingga membuat orang yang melihatnya seolah-olah tersihir dengan gerak dan alunan musiknya . Dipercaya bahwa ketika dilakukan pagelaran tari ini, secara supranatural Nyi Roro Kidul selalu hadir dan ikut menari bersama dengan 9 wanita yang menarikan tarian ini.


● SENI MUSIK 


Alat musik tradisional Jawa biasa disebut dengan gamelan. Gamelan sendiri merupakan gabungan dari beberapa alat musik pukul seperti gong, kendang, saron, bonang, kenong, demung, slenthem, gambang serta kempul. Gamelan biasa digunakan untuk mengiringi kesenian tari atau kesenian suara yang biasa disebut dengan karawitan. Gamelan juga biasa digunakan sebagai pengiring pagelaran wayang kulit.


Pada zaman dahulu alat musik gamelan biasa dijadikan media dakwah para walisongo. Mereka menggunakan gamelan sebagai alat untuk memberi hiburan kepada masyarakat sebelum atau sesudah mereka memberikan ceramah-ceramah agama. Dengan media ini masyarakat Jawa mudah untuk dikenalkan dengan Islam dan sekarang mayoritas Suku Jawa merupakan orang-orang yang memeluk Islam. Selain di Jawa alat musik gamelan juga dikenal pada beberapa suku bangsa yang lain seperti pada kebudayaan Sunda, bahkan kebudayaan Suku Banjar yang ada di luar Jawa juga menggunakan gamelan sebagai salah satu alat musiknya.


■ Kebudayaan Suku Jawa merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. Banyak sekali kebudayan suku bangsa lain di Indonesia yang sedikit banyak berakulturasi dengan budaya masyarakat Jawa. Baik dalam bahasa, filosofis, maupun kesenian-keseniannya. Hingga saat ini adat-istiadat suku Jawa ini masih sangat dipegang teguh dan terus ditradisikan, khususnya dalam lingkungan Keraton daerah istimewa Jogjakarta.


"WONG JOWO OJO ILANG JAWANE"


#SabdaPalon. Matur suwun

Kisah Calon Arang

 C alon Arang merupakan cerita rakyat yang berkembang di tanah Jawa dan Bali.   Dalam tradisi Jawa , embrio kisah ini tertulis dalam naskah ...