Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 26 Oktober 2012

PUNCAK GUNUNG LAWU SEBAGAI TRADISI PENDAKIAN DARI TEMPO DULU HINGGA KINI


GUNUNG LAWU TEMPO DULU



Goenoeng Lawoe atau gunung Lawu ejaan sekarang menurut EYD adalah gunung di wilayah dua propinsi, yakni propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Seperti yang kita tahu, gunung ada sejak jaman kita manusia sekarang belum lahir, begitu juga Lawu ada sejak tempo doeloe dan telah banyak mengalami perubahan. Ini untuk mengenang Lawu saat silam, dan tempat - tempat yang akrab bagi pendaki Lawu masa sekarang dan masa lalu.


Gunung Lawu memiliki tiga Kawah, yakni dua kawah tua di sebelah utara yang biasa di sebut Telaga Kuning dan Telaga Lembung Selayur, dan kawah muda yang masih aktif di sebelah selatan yang di sebut Kawah Condrodimuko. Letusan terakhir gunung Lawu yang sempat tercatat terjadi pada tahun 1885, terjadi gemuruh dan hujan abu ringan. Kawah Condrodimuko berada di sebelah selatan gunung Lawu membentuk aliran sungai yang memisahkan antara propinsi Jawa Tengah dan propinsi Jawa Timur.

Kawah ini menyebarkan bau belerang yang cukup menyengat terutama di pagi hari. Pada bulan desember tahun 1978 terjadi gempa di gunung Lawu, dan pada bulan mei tahun 1979 pergerakan magma di dalam perut gunung Lawu, mengakibatkan gempa yang tercatat hingga 1000 kali dalam satu hari, dan yang dapat dirasakan getarannya 50 kali dalam 1 hari. Namun tidak terjadi perubahan alam maupun letusan gunung.

Tugu di puncak gunung Lawu kini sudah sering dibangun, diganti dengan yang baru, salah satu penyebabnya adalah roboh karena gempa.Ketika itu Argodalem juga belum dibangun masih, berupa gubuk dari seng seperti foto jaman Belanda di bawah ini. Berikut foto - foto gunung Lawu pada jaman Belanda tahun 1910, dari koleksi TropenMuseum Belanda.

Pesona Gunung Lawu sejak jaman Belanda sudah sering dinikmati bule - bule, dengan banyaknya vila - vila di Telaga Sarangan dan Tawangmangu. Gunung Lawu dilihat dari telaga Sarangan, yang terletak di sebelah timur gunung Lawu, kelihatan sangat menawan.

Kawah Condrodimuko, kawah Gunung Lawu pada tahun 1930. Sebelum tahun 60 - an untuk mendaki gunung Lawu jalurnya melewati kawah Condrodimuko ini. Namun karena jalur ini longsor maka jalur pendakian telah berubah menjadi seperti sekarang ini. Kawah ini di pagi hari baunya sangat menyengat, letak kawah ini di dekat Pos 3 jalur Cemoro Sewu. Bila mendaki gunung Lawu lewat Cemoro Sewu mulai dari Pos 2 hingga Pos 3 kita akan mencium bau belerang.

Inilah pondok Argodalem pada tahun 1930. Kalau diperhatikan coretan pada dinding pondok bertuliskan “Toko LIEM Sarangan” menunjukan bahwa pada waktu itu sudah menjadi tradisi masyarakat sekitar Lawu untuk mendaki gunung Lawu terutama pada bulan Suro.

Vegetasi di puncak Lawu pada tahun 1912 masih nampak sangat lebat. Edelweis tumbuh diantara pepohonan yang lain.

Kawah tua  Telaga Kuning di puncak gunung Lawu tahun 1910 – pada musim hujan kawah telaga kuning ini berisi air, sehingga membentuk telaga. Dahulu para peziarah melakukan ritual dengan mancelupkan badan ke dalam telaga, bila seluruh tubuhnya berhasil masuk ke dalam telaga maka, keinginannya akan terkabul. Memang agak susah berhubung air telaga tidak terlalu dalam, bahkan sering kali kering.

Inilah puncak Lawu pada tahun 1930. Para bule - bule eropa ini berfoto bersama di puncak Lawu pada tahun 1930.

Memang sejak ratusan tahun yang lalu gunung Lawu sudah sering di daki oleh para peziarah - peziarah Hindu. Di kaki gunung Lawu pun banyak terdapat candi - candi Hindu peninggalan jaman Majapahit

Di kutip dari :http://www.belantaraindonesia.org

Jumat, 19 Oktober 2012

KERIS/" INDONESIA MAGIG KNIFE "

SEJARAH KERIS INDONESIA

Senjata Dengan Nilai Budaya,Sejarah dan Misteri

Indonesia,Negara tempat saya dilahirkan ini, terkenal dengan kekayaan seni serta alamnya.Tengok saja kebudayaan indonesia,yang beraneka ragam dari sabang sampai merauke.Dari berbagai budaya tersebut,lahirlah benda-benda seni yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia,seperti Batik,Tarian,Alat Musik serta Senjata tradisional dan Adat istiadat.Kesemua itu bersatu dalam satu tanah air dengan ikatan BHinneka Tunggal Ika.Salah satu hasil dari cipta manusia Indonesia yang patut kita banggakan adalah KERIS.
Keris adalah sejenis senjata tikam khas,yang bermata dua,dan seringkali bentuknya tidak simetris alias berliku-liku dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu guratan-guratan ukiran logam cerah pada helai bilah dari Indonesia tercinta. Berdasarkan dokumen-dokumen purbakala, keris dalam bentuk awal telah digunakan sejak abad ke-9. Kuat kemungkinannya bahwa keris telah digunakan sebelum masa tersebut.
Sebenarnya,Penggunaan keris sendiri tersebar di masyarakat rumpun Melayu. Pada masa sekarang, keris umum dikenal di daerah Indonesia (terutama di daerah Jawa, Madura, Bali/Lombok, Sumatra, sebagian Kalimantan, serta sebagian Sulawesi), Malaysia, Brunei, Thailand, dan Filipina (khususnya di daerah Mindanao) dan Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.Di Mindanao, bentuk senjata yang juga disebut keris tidak banyak memiliki kemiripan meskipun juga merupakan senjata tikam.

Asal-usul keris belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber tertulis yang deskriptif mengenainya dari masa sebelum abad ke-15, meskipun penyebutan istilah "keris" telah tercantum pada prasasti dari abad ke-9 Masehi. Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di relief candi atau patung. Sementara itu, pengetahuan mengenai fungsi keris dapat dilacak dari beberapa prasasti dan laporan-laporan penjelajah asing ke Nusantara.
keris
Awal mulanya adalah Pengaruh dari India-Tiongkok.Dugaan pengaruh kebudayaan Tiongkok Kuna dalam penggunaan senjata tikam, sebagai cikal-bakal keris,Senjata tajam dengan bentuk yang diduga menjadi sumber inspirasi pembuatan keris dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan perundagian dari Kebudayaan Dongson dan Tiongkok selatan. Sejumlah keris masa kini untuk keperluan sesajian memiliki gagang berbentuk manusia (tidak distilir seperti keris modern), sama dengan belati Dongson, dan menyatu dengan bilahnya.
Sikap menghormati berbagai benda-benda garapan logam dapat ditelusuri sebagai pengaruh India, khususnya Siwaisme. Prasasti Dakuwu (abad ke-6) menunjukkan ikonografi India yang menampilkan "wesi aji" seperti trisula, kudhi, arit, dan keris sombro. Para sejarawan umumnya bersepakat, keris dari periode pra-Singasari dikenal sebagai "keris Buda", yang berbentuk pendek dan tidak berluk (lurus), dan dianggap sebagai bentuk awal (prototipe) keris. Beberapa belati temuan dari kebudayaan Dongson memiliki kemiripan dengan keris Buda dan keris sajen.
keriskeris
  • keris

    • keris
    Sejarah mengenai pemakaian keris telah ada sejak zaman dahulu kala.Itu bisa diperkirakan dari prasasti-prasasti ataupun kitab serta pahatan arca di candi peninggalan Kerajaaan Hindu Buddha Indonesia zaman dahulu kala.Yang paling menyerupai keris adalah peninggalan megalitikum dari lembah Basemah Lahat Sumatera Selatan dari abad 10-5 SM yang menggambarkan kesatria sedang menunggang gajah dengan membawa senjata tikam (belati) sejenis dengan keris hanya saja kecondongan bilah bukan terhadap ganja tetapi terdapat kecondongan (derajat kemiringan) terhadap hulunya. Selain itu satu panel relief Candi Borobudur (abad ke-9) yang memperlihatkan seseorang memegang benda serupa keris tetapi belum memiliki derajat kecondongan dan hulu/deder nya masih menyatu dengan bilah.
    Dalam pengetahuan perkerisan Jawa (padhuwungan), keris dari masa pra-Kadiri-Singasari dikenal sebagai "keris Buda" atau "keris sombro". Keris-keris ini tidak berpamor dan sederhana. Keris Buda dianggap sebagai bentuk pengawal keris modern.
    Contoh bentuk keris Buda yang kerap dikutip adalah milik keluarga Knaud dari Batavia yang didapat Charles Knaud, seorang Belanda peminat mistisisme Jawa, dari Sri Paku Alam V. Keris ini memiliki relief tokoh epik Ramayana pada permukaan bilahnya dan mencantumkan angka tahun Saka 1264 (1342 Masehi), sezaman dengan Candi Penataran, meskipun ada yang meragukan penanggalannya.
    Adapun cerita yang paling terkenal dan dicatat dalam buku sejarah SMA Saya dulu mengenai keris ini adalah kisah terbunuhnya Empu Gandring yang mati ditangan si pemesan Keris yaitu Ken Arok,raja Singosari.Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok.
    Ken Arok memesan keris ini kepada Mpu Gandring dengan waktu satu malam saja, yang merupakan pekerjaan hampir mustahil dilakukan oleh para "mpu" (gelar bagi seorang pandai logam yang sangat sakti) pada masa itu. Namun Mpu Gandring menyanggupinya dengan kekuatan gaib yang dimilikinya. Bahkan kekuatan tadi "ditransfer" kedalam keris buatannya itu.
    Karena Mpu gandring tidak menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu (belum menyelesaikan Sarung Kerisnya),maka Si Ken Arok membunuh Mpu gandring yang ternyata membawa kutukan baginya.Sebelum Tewas,Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok.
    Pada masa dahulu,Pemaparan-pemaparan asing menunjukkan fungsi keris sebagai senjata di kalangan awam Majapahit. Keris sebagai senjata memiliki bilah yang kokoh, keras, tetapi ringan. Berbagai legenda dari periode Demak–Mataram mengenal beberapa keris senjata yang terkenal, misalnya keris Nagasasra Sabukinten.
    Laporan Perancis dari abad ke-16 telah menceritakan peran keris sebagai simbol kebesaran para pemimpin Sumatera (khususnya Kesultanan Aceh). Godinho de Heredia dari Portugal menuliskan dalam jurnalnya dari tahun 1613.
    Ia mengatakan bahwa orang-orang Melayu penghuni Semenanjung ("Hujung Tanah") telah memberikan racun pada bilah keris dan menghiasi sarung dan hulu keris dengan batu permata.
    Pada masa kini, keris memiliki fungsi yang beragam dan hal ini ditunjukkan oleh beragamnya bentuk keris yang ada.Keris sebagai elemen persembahan sebagaimana dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari milenium pertama.
    Pada masa kini, keris juga masih menjadi bagian dari sesajian. Lebih jauh, keris juga digunakan dalam ritual/upacara mistik atau paranormal.Keris disebut-sebut sebagai benda yang punya kekuatan mistik dan bahkan bisa berdiri!.
    Keris untuk penggunaan semacam ini memiliki bentuk berbeda, dengan pesi menjadi hulu keris, sehingga hulu menyatu dengan bilah keris. Keris semacam ini dikenal sebagai keris sesajian atau "keris majapahit"(tetapi tidak sama dengan keris tangguh Majapahit)!.
    Media massa sering mengidentikkan keris semacam ini dengan "seram", "dukun", "klenik", "ilmu hitam", dan lain-lain.padahal didalam ilmu pembuatannya itu adalah wesi aji,dan dengan itu kita tahu bahwa leluhur kita amat cakap dalam ilmu gravitasi serta fisika dan jauh dari kata "musyrik".alih-alih menyebarluaskan pandangan yang benar tentang wesi aji,media massa malah melakukan "bunuh diri budaya".
    "Penghalusan" fungsi keris tampaknya semakin menguat sejak abad ke-19 dan seterusnya, sejalan dengan meredanya gejolak politik di Nusantara dan menguatnya penggunaan senjata api. Dalam perkembangan ini, peran keris sebagai senjata berangsur-angsur berkurang. Sebagai contoh, dalam idealisme Jawa mengenai seorang laki-laki "yang sempurna", sering dikemukakan bahwa keris menjadi simbol pegangan ilmu/keterampilan sebagai bekal hidup. Berkembangnya tata krama penggunaan keris maupun variasi bentuk sarung keris (warangka) yang dikenal sekarang dapat dikatakan juga merupakan wujud penghalusan fungsi keris.
    Pada masa kini, kalangan perkerisan Jawa selalu melihat keris sebagai tosan aji atau "benda keras (logam) yang luhur", bukan sebagai senjata. Keris adalah dhuwung, bersama-sama dengan tombak.
    Keduanya dianggap sebagai benda "pegangan" (ageman) yang diambil daya keutamaannya dengan mengambil bentuk senjata tikam pada masa lalu.
    Bahkan diciptakan suatu tarian yang melibatkan Keris sebagai aksesoris tariannya(tari Keris). Di Malaysia, dalam kultur monarki yang kuat, keris menjadi identitas kemelayuan.
    Tata cara penggunaan keris berbeda-beda di masing-masing daerah. Di daerah Jawa dan Sunda misalnya, keris ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai tetapi ditempatkan di depan pada masa perang. Penempatan keris di depan dapat diartikan sebagai kesediaan untuk bertarung.
    Selain itu, terkait dengan fungsi, sarung keris Jawa juga memiliki variasi utama: gayaman dan ladrang. Sementara itu, di Sumatra, Kalimantan, Malaysia, Brunei dan Filipina, keris ditempatkan di depan dalam upacara-upacara kebesaran.
    Keris-keris yang dibuat oleh para pandai keris sekarang dikenal sebagai keris kamardikan ("keris kemerdekaan"). Periode ini melahirkan beberapa pandai keris kenamaan dari Solo seperti KRT.Supawijaya (Solo), Pauzan Pusposukadgo (Solo), tim pandai keris STSI Surakarta, Harjosuwarno (bekerja pada studio milik KRT Hardjonagoro di Solo),dll.
    Keris disebut sebagai jati diri bangsa, karena keris dibentuk setidaknya dari 3 unsur. Ditempa dalam bara, semangat keselarasan, dan nuansa kedekatan dengan Yang Maha Tinggi.
    Tak beda dengan terbentuknya bangsa ini, yang terbangun dari berbagai suku, ras, agama, dan golongan. Kemudian disimbolkan dalam "bhinneka tunggal ika".
    Oleh karena itu kita mesti menjaga, melestarikan, dan menghargai keris sebagai warisan budaya bangsa Melayu yang Kaya ini agar tidak punah dan diakui bangsa lainnya.
    keris
    Artikel ini dipersembahkan dengan bangga oleh putra bangsa Indonesia yang diinspirasi dari Wikipedia/Keris dan gambar dari google.
    Tampil baik di Firefox 5+, Opera 10, dan Safari 4.0.4.Efek CSS 3 yang digunakan pada artikel ini tidak muncul di IE.

    Lebaran Idul Fitri 1445 H 2024

    0