Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 25 Mei 2011

Seni Budaya Jawa


Mengenal Rubiyah Lewat "Matah Ati"
Teguh Prayoga Sudarmanto | Jodhi Yudono | Kamis, 28 April 2011 | 02:57 WIB
Dibaca: 4264
Komentar: 3
|
Share:

mariaulfa1801.blogspot.com
Pertunjukan "Matah Ati"

JAKARTA, KOMPAS.com — Pernahkah Anda mengenal sosok Rubiyah? Siapakah sosok Rubiyah dan mengapa harus mengenalnya? Bagi yang belum mengenalnya, tampaknya Anda harus menonton sendratari yang satu ini. Cerita sendratari tersebut mengangkat kisah nyata perjuangan dan perjalanan cinta seorang perempuan kelahiran Tanah Jawa yang akan membantu melengkapi pembelajaran terhadap sejarah bangsa ini.

"Indonesia memiliki begitu banyak cerita sejarah yang menarik, yang memberikan inspirasi tentang siapa bangsa ini sesungguhnya. Matah Ati diangkat dari perjuangan cinta seorang wanita Jawa pada abad ke-18 yang mendedikasikan hidupnya bagi keluarga dan bangsa. Kisah ini semakin relevan dengan zaman sekarang karena apa yang diyakini Rubiyah pada masa itu hingga kini terus diyakini oleh berjuta wanita Indonesia lainnya bahwa perjuangan merupakan bentuk cinta untuk mewujudkan semagat kebersamaan dan membangun nilai-nilai kemanusiaan," demikian diungkapkan Bandoro Raden Ayu (BRAy) Atilah Soeryadjaya, pencetus ide dan konsep serta penulis naskah dan sutradara dari sendratari Matah Ati, Senin (26/4/2011) di Seribu Rasa, Menteng, Jakarta.

Kisah fiktif yang rencananya disajikan dalam tata artisitik panggung "wah" ini dipersembahkan untuk putra-putri bangsa pada 13-16 Mei 2011 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. "Tidak tertutup kemungkinan bagi kita untuk melakukannya di kota-kota lainnya di Indonesia," tambah Atilah.

Berbagai terobosan unik pun dilakukan. Salah satunya dengan tidak menjadikan penggunaan bahasa Jawa dalam sendratari sebagai faktor penghambat.

Hal tersebut telah menjadikan penampilan perdana pementasan ini di Teater Esplanade Singapura, 22-23 Oktober 2010, mendapat standing ovation serta pujian bagi tata panggung dan artistik. Inilah berkah dari terobosan seni yang telah dilakukan pada saat itu.

"Terobosan dalam seni pertunjukan memberikan keuntungan ketika penonton dapat menikmati pertunjukan budaya dalam tata panggung yang canggih, membawa pentas tari ini ke dalam sebuah pertunjukan masa kini yang modern dan penuh kejutan," ucap Atilah.

Cerita ini berangkat dari rasa penasaran Atilah terhadap masa lalu nenek moyangnya. "Sebelum raja-raja Mangkunegaran itu ada siapa sih? Ternyata saya menemukan Rubiyah. Saya pun tidak menyangka, dan cerita yang saya buat ini mengalir saja. Kemudian saya berdiskusi dan melakukan riset selama lebih kurang dua tahun sebelum akhirnya dipentaskan," ujar Atilah.

Fakta historis yang melatarbelakangi cerita Matah Ati ini berasal dari perjuangan Rubiyah mendampingi Raden Mas Said. Rubiyah memimpin 40 prajurit wanita yang mengisahkan perjalanan dari perjuangan dan cinta yang dia lakukan pada tiga abad silam. "Salutnya, kita juga tidak hanya mengenal pahlawan perempuan dari negeri kita, seperti Dewi Sartika, Kartini, dan Cut Nyak Dhien, tetapi juga ada Rubiyah dari Tanah Jawa," ucapnya.

"Bahkan, di saat seperti itu juga sudah ada persamaan jender yang kuat. Ternyata kekalahan kita tidak disebabkan karena kita lemah secara fisik melawan Belanda, tetapi terlebih penting karena adanya pengkhianatan yang dilakukan antarsesama saudara sendiri akibat politik devide et impera Belanda," tambah Jay Subyakto, penata artistik Matah Ati.

Harapannya, menurut penyelenggara, pertunjukan ini dapat menjadi kebanggaan serta sumber referensi baru mengenai sejarah bangsa ini. "Ini sekaligus mempertebal rasa cinta bangsa terhadap budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa," tutup Atilah.

Harga tiket pertunjukan yang diproduksi oleh PT Global 3L Production ini terbagi dalam kelas VIP Rp 750.000, Kelas I Rp 550.000, Kelas II Rp 350.000, dan Kelas III Rp 200.000.

Tidak ada komentar:

Marwan Zubaida Jeruju