Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 19 Januari 2011

DARI MAOSPATI KAMI BERBAKTI DEMI NEGERI




Dog Fight Di Atas Wilayah Udara Maospati
Posted on September 5, 2009 by budhiachmadi
Pada akhir tahun 1920 sampai awal tahun 1930, saat bangsa kita masih berada pada era “gerobak sapi”, pesawat tempur sudah mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas. Bila pada masa akhir PD I, kegiatan difokuskan pada reorganisasi dan pengkajian petunjuk operasi. Maka pada masa ini, Angkatan Udara benar-benar telah memetik kemajuan yang mengagumkan. Bagi penerbang tempur sendiri kemajuan paling penting yang dirasakan pada saat itu adalah penemuan sistem komunikasi radio. Untuk pertama kali, para penerbang bisa berkomunikasi antar pesawat dan menerima instruksi dari bawah.

Bila pada saat ini sistem komunikasi radio merupakan kebutuhan pokok dan dijamin dengan kualitas yang tinggi. Maka pada masa awal kelahiran itu tidaklah demikian. Radio sering mengalami distorsi. Sehingga penerbang harus mencari cara untuk mengatasi permasalahan ini dengan latihan yang baik. Karena kualitas radio yang jelek ini pula, maka para penerbang menciptakan istilah-istilah yang diseragamkan dan mudah dipahami oleh semua para penerbang. Istilah-istilah tersebut nantinya dipakai hingga saat ini, seperti istilah bandit untuk pesawat musuh, bogey untuk pesawat asing yang belum teridentifikasi musuh/bukan, tally ho yang berarti melihat musuh, dan sebagainya. Dalam operasi udara, radio menempati peran utama. Dalam operasi patroli udara, maka informasi posisi musuh, perintah penyergapan, penembakan, bahkan kontrol pertempuran udara dari pangkalan induk, menggunakan sarana komunikasi radio.

Kemajuan Angkatan Udara juga didukung oleh peningkatan kemampuan mesin pesawat, baik daya dorong ataupun batas ketinggian terbangnya. Pesawat terbang mulai didesain dengan kualitas tinggi, yaitu tipe monoplane dengan drag yang rendah, roda yang bisa dilipat kedalam, dan cockpit tertutup. Kemampuan senjata juga ditingkatkan, hingga memiliki jarak jangkau dan daya ledak yang lebih besar. Kemajuan yang dialami oleh Angkatan Udara ini didorong juga oleh susanan ketegangan yang kian memanas di pertengahan tahun 1930-an. Pertentangan ideologi Fascisme dan komunis telah menyulut bara perang di Eropa.

Masalah paling penting kegiatan pertahanan udara adalah minimnya peralatan untuk pengawasan wilayah udara. Informasi akan datangnya serangan biasanya hanya diperoleh dari pasukan pertahanan pantai yang menggunakan penjejak suara (sound tracker) berkualitas buruk. Padahal pesawat tempur harus mengudara dalam waktu 20 sampai 25 menit sebelumnya untuk menyergap bomber musuh yang ada pada ketinggian 6.000 meter. Maka kemajuan tehnologi yang juga sangat mendukung pengembangan Angkatan Udara adalah adanya radar peringatan dini. Namun demikian, kualitas radar ini masih jauh dari sempurna. Radar hanya bisa menginformasikan bahwa ada pesawat musuh yang datang mengancam. Informasi tentang ketinggian dan jumlah masih belum memungkinkan. Crew radar hanya bisa menebak arah dan kecepatan, itupun setelah mendapatkan latihan yang baik.

Dalam perkembangan taktik pertempuran udara, ada beberapa rumusan menarik yang baru diperkenalkan dalam masa ini. Salah satunya terdapat dalam Air Fighting Tactics Training Manual milik British RAF yang berbunyi, “Manuver dengan kecepatan tinggi dalam pertempuran udara tidak efektif lagi untuk digunakan sekarang. Sebab efek dari gaya gravitasi selama perubahan arah yang cepat/manuver pada kecepatan tinggi akan mengakibatkan hilangnya kesadaran penerbang”. Para penerbang ternyata sudah mengenal G Loc, yaitu hilangnya kesadaran penerbang saat melakukan manuver akibat pengaruh gaya gravitasi bumi. Tidak saja bagi penerbang, G besar juga bisa membetot badan pesawat sampai terlepas satu persatu. Dalam bermanuver, teori ini masih digunakan sampai sekarang, namun yang menjadi faktor penghambat bukan pada kemampuan penerbangnya saja (efek gaya gravitasi sudah bisa diatasi dengan adanya G suit dan teknik pernafasan Anti G Straining Maneuver). Namun dengan sebuah pengetahuan baru tentang adanya corner velocity. Yaitu sebuah kecepatan dimana pesawat mampu bergerak dalam radius turn minimum dan rate of turn maksimum. Pada kondisi inilah pesawat tempur akan sangat efektif melaksanakan setiap manuver pertempuran udara.

Menuju Maospati

Kapan bangsa kita mulai mengenal pesawat terbang ? Yang jelas, tranfer teknologi terjadi saat penjajahan Belanda. Embrio Angkatan Udara Belanda bernama Proefvliegavdeling (PVA) berdiri pada tanggal 21 Juli 1918. Namun demikian, PVA sudah mendirikan sebuah escadrille (skadron) di Soekamiskin pada bulan Agustus 1921 dengan kekuatan 6 pesawat. Ini adalah skadron pesawat pertama yang pernah ada di Indonesia. Jenis pesawat yang digunakan adalah De Havilland dan Fokker D-VII. Komandannya adalah Kapten Stom. Pada tanggal 31 Maret 1939, Angkatan Udara Belanda berdiri, bernama Militaire Luchtvaar. Namun demikian pada tanggal 1 September 1939, Jerman menginvasi Polandia menandai dimulainya PD II. Belanda dilanda ketakutan perang. Tidak hanya di negaranya sendiri, karena Jepang juga semakin mengancam di Indonesia. Maka Belanda pun mulai mengadakan pembangunan pangkalan-pangkalan udara.

Maospati sendiri tentunya menjadi tempat paling beruntung bila kita menghubungkannya dengan dunia kedirgantaraan. Andaikan Belanda tidak membangun sebuah pangkalan, maka Maospati hanyalah sebuah kecamatan kecil di perbatasan Magetan dan Madiun. Tanpa adanya pangkalan, para sesepuh mungkin hanya akan membanggakan Legenda Tuan Belling, seorang petinggi Pabrik Gula Belanda yang kejam namun akhirnya tewas dijebak dan dikeroyok rakyat Maospati di tengah perkebunan. Pangkalan Maospati telah memberikan nuansa yang lain. Legenda Tuan Belling masih kalah seru dengan legenda-legenda yang terjadi di Pangkalan Maospati.

Pembangunan landasan di Pangkalan Udara Maospati dilakukan oleh Departemen Van Oorlog Hindia Belanda dengan ukuran 1586 x 53 meter. Setelah pembangunan selesai pada akhir Mei 1940 Pangkalan Udara Maospati mulai dibuka dan ditempatkan satu skadron tempur dengan kekuatan pesawat Curtiss 75A-7 Hawk pada 1 Pebruari1941. Akhir tahun. Dua skadron tempur diaktifkan dengan kekuatan pesawat Curtiss Wright 21B Interceptor. Pangkalan ini menjadi pangkalan utama sekutu di Jawa.

Pada tanggal 1 Desember 1941, diadakan mobilisasi perang untuk menghadapi serbuan Jepang. Kekuatan yang ada di Maospati adalah 13 Curtiss 75A-7 Hawk, 17 Curtiss Wright 21B Interceptor, dan 6 Brewster 339 Buffalo. Dan serbuan Jepang atas Maospati yang dilaksanakan tanggal 3 Pebruari 1942 memang begitu dahsyat. Serangan tersebut bernama Operasi Z. Serangan dimulai dari Manggar, Balikpapan (Kainan Kokutai) dan Kendari (Kanoya Kokutai). Serangan ini berkekuatan 17 pesawat Mitsubishi A6M2 Zeke dan 1 Mitsubishi C5M2 Babs dari Tainan Kokutai, serta 27 Mitsubishi G4M1 Betty dari Kanoya Kokutai. Semua pesawat tersebut dibawah komando AL Jepang. Kekuatan AU Belanda di Maospati adalah 12 Curtiss 75A-7 Hawk, 7 Curtiss Wright 21B Interceptor, 8 Glenn Martin 139 WH-1/2/3A, 1 Ryan STM-2, 1 Fokker C-X, 3 B-17E/ 7 dan 19 BGp USAAF. Sedemikian hebatnya kekuatan Jepang, hingga dalam pertempuran t ersebut tidak satupun korban jatuh di pihak Jepang. Pada tanggal 2 Maret 1942, semua kekuatan ML terusir dari Maospati. Yang patut dicatat dalam sejarah bahwa Operasi Z adalah pertempuran udara yang pertama kali terjadi Maospati. Pertempuran-pertempuran yang terjadi di sekitar perjuangan kemerdekaan lihat tabel.

Sejak kepergian pesawat-pesawat ML dari Maospati, maka tidak terdengar lagi adanya pesawat tempur disana. Jepang hanya menjadikan Pangkalan Udara Maospati sebagai bengkel mesin pesawat. Ini berlanjut pada masa pasca kemerdekaan. Pangkalan Maospati tidak seperti pangkalan lain yang mendapatkan banyak pesawat bekas Jepang. Deru pesawat hanya terdengan bila ada pesawat-pesawat dari pangkalan lain yang singgah. Maospati bukan lagi pangkalan utama seperti pada masa pendudukan Belanda. Landasan yang ada masih menyisakan bekas bom-bom yang dijatuhkan saat Operasi Z. Maospati menjadi kota mati kembali.

Detail Pertempuran Udara Di Maospati Dari Operasi Z sampai Agresi Belanda II

Tgl.
Peristiwa
Keterangan

3 Peb ‘42
Serangan udara Jepang pertama atas Maospati bernama Operasi Z. Serangan dimulai dari Manggar, Balikpapan (Tainan Kokutai) dan Kendari (Kanoya Kokutai).

Kekuatan Pesawat Belanda di Maospati :

8 pesawat Curtiss 75A-7 Hawk, dari satuan 1-VIG IV.

4 pesawat Curtiss 75A-7 Hawk, yang berada di pusat pemeliharaan Technische Dienst (TD).

7 pesawat Curtiss Wright 21B Interceptor, sedang masa perawatan di TD. Berasal dari satuan 2-VIG IV.

8 pesawat Glenn Martin 139 WH-1/2/3A, 1-VIG II

1 pesawat Ryan STM-2

1 pesawat Fokker C-X

3x B-17E, B-7, dan 19 pesawat BGp USAAF



Pesawat Korban Selama Operasi Z :

Curtiss 75A-7 Hawk, satuan 1-VIG-IV











Curtiss 75A-7 Hawk, satuan 1-VIG-IV











Curtiss 75A-7 Hawk seri C 323, satuan 1-VIG-IV













Curtiss 75A-7 Hawk seri 325, satuan 1-VIG-IV







Curtiss 75A-7 Hawk seri 335, satuan 1-VIG-IV







Curtiss Wright 21B Interceptor, satuan 2-VIG-IV









3 pesawat B-17E, 7, atau 19 BGp USAAF, sedang dirawat di Maospati



Kerugian pangkalan selain hilangnya pesawat adalah hanggar satuan 1-VIG IV yang hancur dibom. Gedung utama dan pusat radio juga hancur. Beberapa kampung di Maospati juga menderita serangan bom yang mengakibatkan lebih dari 170 rakyat terluka.


Diserbu dengan kekuatan 17 pesawat Mitsubishi A6M2 Zeke dan Mitsubishi C5M2 Babs dari Tainan Kokutai dan 27 Mitsubishi G4M1 Betty dari Kanoya Kokutai. Semua unit di bawah komando AL Jepang. Tidak ada korban dari pihak Jepang.



Satuan 2-VIG-IV berada di Perak, Surabaya.













Saat terbang kembali ke pangkalan dalam keadaan mesin rusak. Ditembak oleh sebuah pesawat A6M2 Zeke setelah mendarat di Maospati. Pesawat terbakar. Penerbangnya adalah Sgt. VI H.J. Mulder selamat.

Saat terbang kembali ke pangkalan dalam keadaan mesin rusak. Ditembak oleh sebuah pesawat A6M2 Zeke setelah mendarat di Maospati. Pesawat terbakar. Penerbangnya adalah Sgt. VI A. Kok selamat.

Ditembak oleh pesawat A6M2 Zeke di dekat Madiun. Penerbangnya adalah komandan satuan 1-VIG-IV, Kpt. VI. Wnr. M.W. Van Der Poel berhasil bail out dari pesawat namun jatuh di sungai. Mayatnya baru ditemukan tanggal 10 Pebruari.

Ditembak oleh pesawat A6M2 Zeke di dekat Surabaya. Penerbangnya Vdg. VI. Wnr. Jhr. F. J. Van Der Does de la Bije tewas.

Ditembak pesawat A6M2 Zeke di atas Surabaya. Penerbangnya Vdg. VI. Wnr. H. G. G. Droge berhasil bail out dari pesawat.

Ditembak oleh pesawat A6M2 Zeke saat mengadakan pebdaratan darurat di Maospati. Penerbangnya Sgt. VI. O. B. Roumimper berhasil melepaskan diri dari pesawat yang terbakar.

Hancur saat serangan.

5 Peb ‘42
Sebuah pesawat Curtiss 75A-7 dari satuan 1-VIH IV seri 332 jatuh. Mengadakan pendaratan darurat setelah bertempur dengan A6M2 Zeke dari Kokutai 3 di atas Surabaya. Pesawat hancur dan penerbangnya Sgt. VI R.M.H Hermans selamat.
15 Peb ‘42
Sebuah pesawat P-40E dari 17 Pursuit Squadron USAAF jatuh. Melaksanakan pendaratan darurat yang gagal di Maospati, saat melaksanakan terbang dari Ngoro ke Tjililitan lewat Maospati.
16 Peb ‘42
Belanda mengadakan serangan gabungan atas kapal perang Jepang, oleh detasemen grup bomber 7 dan 19, yang menggunakan 3 pesawat B-17 Mengakibatkan kerusakan kecil
18 Peb ‘42
Jepang menyerang Maospati kembali. Menimbulkan kerusakan pada 3 pesawat B-17, 7 dan 19 BGp USAAF Diserang oleh 15 pesawat Mitsubishi A6M2 Zeke dan sebuah Mitsubishi C5M2 Babs dari Tainan Kokutai dan Kokutai 3.
21 Peb ‘42
Jepang menyerang Maospati. Beberapa Curtiss Wright 21B Interceptor, dari satuan 2-VIG IV yang berada di TD hancur. Terkena serangan senapan mesin pesawat saat melaksanakan tes mesin di pangkalan. Diserbu oleh 13 pesawat Mitsubishi A6M2 Zeke dari Tainan Kokutai dan Kokutai 3.
24 Peb ‘42
Mengadakan penyerangan atas kapal perang Jepang di dekat Makassar. Dilaksanakan oleh detasemen grup bomber 7 dan 19 USAAF dengan kekuatan 6 pesawat B-17E. Kapal perang Jepang hanya rusak ringan
26 Peb ‘42
Penyerangan atas kapal perang Jepang di dekat Bawean oleh detasemen grup bomebr 7 USAAF, dengan kekuatan 2 pesawat B-17E. Tidak ada kerusakan di pihak Jepang.
28 Peb ‘42
Mengadakan penyerangan atas kapal perang Jepang di Laut Utara Jawa. Penyerangan oleh 3 pesawat B-17E USAAF terhadap kapal perang Jepang di Laut Utara jawa. Berangkat dari Maospati pukul 06.40.

Penyerangan oleh 4 pesawat B-17E USAAF terhadap kapal perang Jepang di Laut Utara jawa. Berangkat dari Maospati pada malam hari.









Sq. 36 RAF (AU Inggris), pada hari ini juga digeser ke Maospati untuk membantu pesawat-pesawat ML. Mengadakan serangan dengan 9 pesawat Vildebeest pada kapal-kapal perang jepang di utara Rembang dan di sekitar Kragan. Berangakat dari Maospati pada malam hari dan menyerang pada pagi hari tgl. 29 Pebruari. (Hasil penyerangan ini lihat bawah)


Kerusakan kecil pada kapal perang Jepang.

Tembakan near miss pada kapal perang Tokushima-Maru, sehingga kapal masih bisa menepi. Tembakan pada kapal perang Johore-Maru tepat sasaran, 150 prajurit Jepang tewas. Dan menimbulkan kerusakan kecil pada beberapa kapal lain.

29 Peb’ 42
2 pesawat Vildebeest dari Sq. 36 RAF, tertembak saat sedang menyerang kapal perang Jepang di sekitar Kragan. Komandan Skadron, J. T. Wilkins dan 2 orang kru tewas. Sq. 36 akhirnya ditarik ke Tjikampek.Sebuah serangan dilaksanakan oleh sebuah pesawat B-17E USAAF terhadap kapal perang Jepang di sekitar Kragan. Berangkat dari Maospati pukul 09.00





Tidak ada kerusakan di pihak Jepang.

1 Mar ‘42
Evakuasi dan hancurnya kekuatan di Pangkalan Udara Maospati.2 pesawat Curtiss Wright 21B Interceptor dari satuan 2-VIG IV yang dirawat di TD hancur.

Hawker Hurricane IIB dari satuan 2- VIG IV







Brewster 339 Buffalo, 1-VIG-V



B-17E, 7 atau 19 BGp USAAF


Dihancurkan oleh personel ML-KNIL sebelum meninggalkan Maospati.

Rusak saat dipakai menyerang kapal perang Jepang, lalu dihancurkan oleh personel ML-KNIL sebelum meninggalkan Maospati.

Dihancurkan oleh personel ML-KNIL sebelum meninggalkan Maospati.

Dihancurkan oleh personel Amerika sebelum meninggalkan Maospati.

2 Mar ‘42
Personel ML terakhir yang meninggalkan Maospati menuju Tasikmalaya.
21 Jul ‘47
Serangan pertama ML atas Maospati dalam rangka Agresi Belanda I, dilaksanakan oleh pesawat P-40 Sq. 120. Operasi ini dinamakan Operasi Pelikaan.
22 Jul ‘47
P-40 Sq. 120 menyerang Maospati. Menghancurkan 5 pesawat yang ada di pangkalan.
25 Jul ‘47
P-40 Sq. 120 menyerang Maospati.
4 Agus ‘47
P-40 Sq. 120 menyerang Maospati. Menghancurkan sebuah pesawat di hanggar.
19 Des ‘48
Serangan pertama ML dalam rangkan Agresi Belanda II. Operasi ini dinamakan Operasi Zuiderkruis Berhasil menghancurkan pesawat Kawasaki tipe 99 Ki. 48 Lily di pangkalan.
23 Des ‘48
Pesawat P-51 D/K dari Sq. 121 ML tertembak jatuh di lereng Gunung Lawu. Penerbangnya Kpt. F. Strumpff killed
24 Des ‘48
Semua bangunan dihancurkan oleh para pejuang.
25 Des ‘48
Pangkalan dikuasai oleh ML.
7 Mei ‘49
Perjanjian Roem Royen
2 Jul ‘49
Pangkalan Udara Maospati kembali ke AURI
27 Des ‘49
Pengakuan Kedaulatan atas Indonesia
27 Jun ‘50
Markas ML-KNIL diserahkan ke AURI
Filed under: Dog Fight - Pertempuran Udara

« Dog Fight – Rumus Dasar Pertempuran Udara Kisah Ditemukannya Ejection Seat »

Tidak ada komentar:

Marwan Zubaida Jeruju